# 1. First Meet
"Kau tak akan pernah tau kado terindah yang sebenarnya.."
Ketika aku memejamkan mataku, mendengarkan setiap dentingan jam. Terasa begitu indah bagiku. Tak kulewatkan walaupun angin berhembus menerpaku, asal aku dapat mendengar hal kecil ini. Dalam kesunyian kau juga dapat mendengarkan detak kehidupanmu, jika kau benar-benar mendengarnya.
Waktu, yah dentingan waktu itu yang menjadikan semua ini sebagai cerita hidup. Waktulah yang menjadikan semua kisah ini.
Masih ingat dimana pertama kali kita bertemu?
Pandangan kita saling bertemu, menyelami tiap iris mata menuangkan arti yang sama saat itu.
Ruang hati pun mulai terisi, mata tajammu menatapku intens. Seakan aku adalah milikmu, dan tak akan melepaskanku begitu saja.
Kau melangkah kearahku, aku segera berjalan pelan tak terlalu memperdulikanmu. Melihat-lihat deretan buku yang akan kupinjam, selangkah demi selangkah tanganku menunjuk mencari-cari buku yang kumaksud. Saat sudah kutemukan aku mengambilnya, membuka halaman pertama dan disitulah awal cerita kita dimulai. Berawal dari pertemuan kecil yang singkat. Walaupun hal yang kecil ini dapat membuat segudang cerita dibaliknya. Tak dapat disembunyikan lagi rahasia hati.
Tiap gerak-gerik, tatapan itu, bahkan sudah dapat ditebak. Aku menulis di-diary milikku, menatapnya sekilas lalu kembali menulis. Saa aku kembali ingin mencuri pandangan padanya dan ternyata ia sudah ada dihadapanku yang sontak membuatku terkejut bukan main. Semburat diwajahku memberi jawaban lain saat mata kami bertemu.
Aku bangkit dari bangku-ku, membawa setumpuk buku menuju meja penjaga perpustakaan dengan tergesah. Ia mengikutiku dari belakang, kupercepat langkahku agar ia tak mengikutiku.
Aku melambatkan langkahku, mendengarkan. Tak ada lagi langkah kaki mengikutiku. Aku berbalik, dan tak kutemukan ia mengikutiku.
Aku menarik nafas pelan dan membuangnya kasar, kecewa.
Saat aku kembali berbalik.
"Datang dengan debaran dan kembali dengan senyumannya yang terukir manis.."
Ketika aku memejamkan mataku, mendengarkan setiap dentingan jam. Terasa begitu indah bagiku. Tak kulewatkan walaupun angin berhembus menerpaku, asal aku dapat mendengar hal kecil ini. Dalam kesunyian kau juga dapat mendengarkan detak kehidupanmu, jika kau benar-benar mendengarnya.
Waktu, yah dentingan waktu itu yang menjadikan semua ini sebagai cerita hidup. Waktulah yang menjadikan semua kisah ini.
Masih ingat dimana pertama kali kita bertemu?
Pandangan kita saling bertemu, menyelami tiap iris mata menuangkan arti yang sama saat itu.
Ruang hati pun mulai terisi, mata tajammu menatapku intens. Seakan aku adalah milikmu, dan tak akan melepaskanku begitu saja.
Kau melangkah kearahku, aku segera berjalan pelan tak terlalu memperdulikanmu. Melihat-lihat deretan buku yang akan kupinjam, selangkah demi selangkah tanganku menunjuk mencari-cari buku yang kumaksud. Saat sudah kutemukan aku mengambilnya, membuka halaman pertama dan disitulah awal cerita kita dimulai. Berawal dari pertemuan kecil yang singkat. Walaupun hal yang kecil ini dapat membuat segudang cerita dibaliknya. Tak dapat disembunyikan lagi rahasia hati.
Tiap gerak-gerik, tatapan itu, bahkan sudah dapat ditebak. Aku menulis di-diary milikku, menatapnya sekilas lalu kembali menulis. Saa aku kembali ingin mencuri pandangan padanya dan ternyata ia sudah ada dihadapanku yang sontak membuatku terkejut bukan main. Semburat diwajahku memberi jawaban lain saat mata kami bertemu.
Aku bangkit dari bangku-ku, membawa setumpuk buku menuju meja penjaga perpustakaan dengan tergesah. Ia mengikutiku dari belakang, kupercepat langkahku agar ia tak mengikutiku.
Aku melambatkan langkahku, mendengarkan. Tak ada lagi langkah kaki mengikutiku. Aku berbalik, dan tak kutemukan ia mengikutiku.
Aku menarik nafas pelan dan membuangnya kasar, kecewa.
Saat aku kembali berbalik.
"Datang dengan debaran dan kembali dengan senyumannya yang terukir manis.."
who said nothing immortal in this world? coz the only eternal thing is a memory :)
ReplyDeletenice web chingu <3