Save Me
JI Present
Hurts, Romance, Pyscho, Dark, Hardcore
Adult, NC 21
Huang Zi Tao & Bing Yongie
Disclaimer Let's play with my fatal fantasy-Ji
Summary
I think i'll go crazy, this love is a trauma
On a warm morning, we promised each other with a smile
Im confused on what true love is now
Save Me - B.A.P
Poster by Poster Designer
Aku hanya bisa memejamkan mataku, tak berani menyaksikan apalagi yang akan Zi Tao lakukan malam ini. Kupanjatkan doa selalu- berharap pagi segera menjelang, tapi kurasa itu tak akan membaik. Tetap saja.
Mau pagi atau siang, bahkan malam. Tak ada bedanya.
Hembusan angin semakin menusukku dikala bulu kudukku menangkap jika itu bukanlah hembusan angin, tapi itu adalah hembusan napas Zi Tao. Ia kembali.
Segera ku usir jauh-jauh rasa takutku, aku mencintainsosok Huang Zi Tao bukan dengan rasa takut. "Kau sudah kembali?" Aku berbalik, tersenyum menyambutnya.
Ia tak menjawab, hanya diam dan menatapku dengan tatapan itu lagi. Tatapan seperti malam-malam kelampauan, malam yang begitu panjang dan .......
Semoga saja kali ini ia tak akan lepas kendali, di sini aku yang memegang kemudi tapi aku tak pernah berhasil mengemudikan akan diri Zi Tao. Selalu bisa membuatku terus kecelakaan salam dunia yang sepenuhnya milik Zi Tao. Ku remas ujung pakaiannya, sembari memejamkan mata. Takut-takut jikalau ia sudah menerjangku diatas kontrolnya.
"Aku masih belum selesai." Aku semakin menundukkan kepalaku, ia belum selesai. Ritual sakral belum selesai. Masih belum.
Dan jika ia melakukan semua itu di sini, bersamaku?
Aku tak tahu akan jadi seperti apa diriku keesokkan harinya...
"Siapkan botolnya." perintah Zi Tao padaku, lalu sosok Zi Tao hilang dari hadapanku.
Without a soul my spirit sleeping somewhere cold.
··
Aku mentap seksama dari jarak 5 meter jauhnya, masih sibuk dengan kepulan asap yang ia hisap. Asap yang mengepul itu seakan menarikku paksa agar ikut bersama, mencicipi sedikit rasa yang dapat meledakkan lidah dan membuat ketagihan yang berlebihan.
"Yongie-ah.." panggil Zi Tao dengan tatapan yang sudah pasti aku tahu artinya, aku merosot jatuh kelantai. Tak dapat menyanggupi segala rasa takut yang menyelimutiku.
"Hey! Apa kau punya telinga? Aku memanggilmu, bodoh!" Zi Tao, lelaki itu sudah akan memulai aksinya.
Aku merangkak, tak sanggup berdiri dan lari dengan cepat dari ruangan ini. Tubuhku bergetar dengan hebatnya saat ia melangkah mendekatiku, membuatku tersudut dan menghembuskan asap itu tepat di wajahku.
"Zi tao, kumohon.." Aku menelengkan kepalaku, memejamkan lekat mataku. Tak berani menatap Zi Tao dengan tatapan yang mungkin saja bisa membunuhku seketika itu juga.
"Ada apa denganmu? Ayo naik." Ajak Zi Tao sembari mengusap puncak kepalaku dengan segala kelembutan yang terkadang dibuat-buat.
"Jangan Zi Tao, kumohon.." Aku meminta pada Zi Tao, memohon belas kasih agar ia segera berhenti dengan segala kenikmatan dosa yang ia lakukan.
Ia tertawa— kembali menatapku dengan segala amarah yang dengan mudah tersulut. Ia di bawah pengaruh akal sehat— yang sesungguhnya sedang tak sehat.
Ia mencengkram wajahku, memaksaku agar mau menatap dirinya. Meniup kedua mataku dengan begitu aku dapat membuka kedua mataku dan menatapnya yang sudah tepat di hadapanku- tak ada jarak di antara kami.
"Ikut bersamaku atau mati sekarang juga?" Zi Tao dengan segala ancamannya yang sama sekali tak menakutkan bagiku.
"Aku lebih baik mati, Huang." Aku tersenyum, dengan begini lelaki bermarga Huang ini pasti segera menghabisiku dengan emosinya yang sudah mencapai titik didih.
Ia menekan kepalaku, mengacak-acaknya dengan kasar tanpa perhitungan siapa ia berlaku. Padaku. Hanya padaku ia akan berlaku seperti sekasar ini.
"Lalu apa gunanya kalau aku di sini sweety?" Ia mencengram rambutku kuat, membuatku meringis kesakitan dan menatapnya dari sudut pandang yang sama sekali tak indah.
"Ayolah, cicipi saja sedikit. Kupastikan kau juga akan menikmatinya." Ia kembali menawarkanku, aku menggeleng. Kuberanikan diri untuk terus menolaknya— Zi Tao sampai kapan?
"Tidak Zi Tao, sekali tidak ya tetap tidak!" Aku menahan tangannya yang semakin kuat menjambak rambutku, terlalu sakit.
"Tsk," Ia menyingkir lalu berbaring di ranjang, menghisap sebanyak botol yang ia gunakan. Entah kurasa kali ini dosisnya semakin naik, ia sudah semakin tak bisa sadarkan diri.
"Huang, kuharap kau segera overdosis." Aku tertawa tapi di sela tawaku terselip tangisan yang kutahan.
"Hah— dengan begitu tak ada yang bisa menyakitimu lagi?" Zi Tao mulai kehilangan kesadarannya.
"Lebih baik seperti itu..." belum usai perkataanku ia mengerang sakit.
"ARRRRGGHHH.." rintihnya sembari melempar botol hisapnya- hingga botol itu pecah berkeping-keping, aku menangis melihatnya seperti itu— menggeleng tak tega kenapa ia seperti itu di hadapanku. Kenapa untuk saat ini juga?
"ARGGTTTT.." rintihnya lagi, dan ia semakin tampak kesakitan.
"Tidak Zi Tao, tidak. Jangan bermain-main denganku!" Aku mulai kalut dan merangkak kearahnya, terlalu tak sanggup untuk berdiri. Semua ini melumpuhkanku.
Aku menindihnya, memegang wajahnya lalu menatapnya dengan buram karena air mataku yang terlalu menganggu indra penglihatanku. Tak memperdulikan jika pecahan botol itu melukai tangan, kaki, bahkan tubuhku. Rasa perih kuhiraukan, berganti rasa sedih sendu menatap Zi Tao dengan darahku yang memenuhi wajahnya.
"Tidak Zi Tao, tidak! Aku lebih sakit lagi jika melihatmu seperti ini. Kumohon.." air mataku tumpah, membasahi wajahnya dan melelehkan darah kental yang melekat di wajahnya.
Samar, matanya terbuka lalu tersenyum. Kau brengsek, Huang Zi Tao.
Ia tertawa, menindih tubuhku dan menggigit leherku geram— seperti orang yang tengah kerasukan. Ia benar-benar kerasukan. Memaksaku agar ikut terbuai dengan kenikmatan yang ia buat-buat, walau kenyataan mengatakan— aku memang menikmatinya. Tak peduli berapa kali ia menikamku begitu sakitnya- aku akan tetap menerima perlakuannya.
"Huang!! Hentikan!!" Aku berteriak saat ia bermain begitu liarnya, sungguh menyiksaku dengan aksi gilanya yang semakin hari semakin menjadi.
"Huang!!" Aku menendangnya, membuatnya agar menjauh dariku. Tapi itu tak guna.
Zi Tao tetap harus mendapatkan apa yang ia inginkan. Menghabisiku.
Sangat geram karena aku terus mencoba menolaknya, ia malah berusahan membuatku semakin berontak. Menyukai bermain-main seperti ini. Eranganku selalu dibuatnya tertahan sangking nikmatnya, tak membiarkanku terlalu nikmat berlebihan.
Sesekali membuatku terjatuh bebas karena sentuhannya yang tak berujung terpuaskan. Terlalu menyakitkan sentuhan yang ia buat untuk membuatku membumbung tinggi, dan itu memang nikmat dengan dominasi rasa sakit yang lebih.
"Ngghhh.. stop..oh.. please.. Huang.. ahh.." Aku mengadu, memohon agar ia berhenti menyiksaku yang begitu lebihnya.
Ia bahkan tak membiarkanku untuk melepaskan kelegaan akan cairanku yang sudah sampai di ujung. Menariknya keluar dan memaksanya kembali masuk kedalam, sesak. Sempit. Sakit. Tapi..
Itulah kenikmatan yang ia ciptakan.
Bersamaan saat ia tertawa seperti orang gila.
Huang Zi Tao, menggila. Ia semakin lepas kendali.
Membuat darahku bergejolak begitu hebat.
Saat ia sudah mencapai puncaknya dan ia selesai, ia menghembuskan napasnya panjang. Menampilkan wajahnya yang begitu puasnya. Dalam beberapa detik ia kembali terpejam, entah kali ini candaan apalagi yang ia lakukan.
Aku memukul tubuhnya, "Zi Tao, hentikan sekarang juga!" Perintahku padanya, ia malah tak bergerak sama sekali- masih sama. Di atas tubuhku dan terkulai lemah.
"Zi Tao, jangan bermain-main lagi!" Aku semakin mengguncang tubuhnya, "Zi Tao, aku sama sekali tak menyukai ini!" Aku menyingkirkan tubuhnya dariku, kini aku berbalik menindihnya.
Aku menatapnya lemah, matanya terpejam dan aku tak merasakan hembusan napasnya lagi walau tempat ini terlalu hening, "Huang, jangan lakukan ini padaku." Ujarku dengan suara yang bergetar.
Aku menangkup wajahnya, mendongakkan kepala lalu tertawa lepas. Pipiku sudah berlinang air mata, aku tak bisa lagi merasakannya. Terlalu sakit memang.
Until you find it there and lead it back home.
··
"Yongie-ah, ayo bangun. Buatkan aku kopi." Seseorang membangunkan si gadis kecil yang tengah tertidur begitu pulasnya dalam balutan selimut lembut.
"Eungg.." rintihnya saat seseorang itu menganggu tidurnya.
"Bangunlah sweety.." Suara itu semakin jelas di telinga Yongie, ia menggeleng semakin tak mengerti dengan keadaan sekitar.
Kepulan asap membuat pandangannya kabur, tapi dapat dengan jelas matanya menatap sosok lelaki itu. Selalu seperti ini, membuat Yongie jatuh hanya dalam sekali tiupan.
Lelaki itu datang padanya hanya untuk menghisap, entah itu menghisap mariyuananya atau menghisap dirinya- Yongie..
Kepuasannya.
Yongie berhak berbangga hati karena lelaki itu datang padanya hanya untuk itu.
Walau Yongie tahu di sini dialah yang sangat bodoh.
Tahu jelas bahwa Huang Zi Tao nyatanya bukan sepenuhnya miliknya, Zi Tao terikat.
Walau Yongie, hanyalah alat pemuas. Jika seperti itu Zi Tao akan tetap berada di sisi Yongie, begini lebih baik dari pada tidak sama sekali. Membuat candu akan diri Yongie, kenikmatan yang ia berikan memang tak tanggung-tanggung, rasa sesak di dada pun begitu nikmat sangking begitu cinta sosok Yongie pada pria bodoh itu.
Kini tak lagi. Yongie tak akan merasakan sakit dan nikmat secara bersamaan itu, tak akan ada lagi; jeritan kesakitan, kenikmatan, bahkan jeritan memohon.
Kini Huang Zi Tao dapat memejamkan matanya rapat-rapat dengan tenang setelah sekian lama lelaki bodoh itu tak bisa memejamkan matanya, Meng Jia tak bisa membuat Zi Tao lebih baik. Yongie bisa membuat Zi Tao lebih baik, dan akan semakin baik jika Zi Tao sudah cukup tenang dalam gusarnya yang terlalu menganggunya itu.
Zi Tao tak akan lagi mempush Yongie dengan tenaganya yang selalu berlebihan jika sudah bersama Yongie.
Yongie bisa tidur lebih tenang untuk malam selanjutnya.
"Huang Zi Tao.." gumamnya kecil.
Wake me up inside— i can't wake up. Save me.
··
Aku melihatnya di sana, apa dia begitu merindukanku? Cih, dasar gadis bodoh. Masih saja menungguku.
Langkahku membawa agar lebih dekat dengan sosok gadis itu.
Aku memeluk tubuh mungil itu dari belakang, membuat gadis kecil itu terlonjak kaget karena gerakanku yang tiba-tiba. Senyuman hangatku hanya disambut dengan wajah terkejutnya yang cukup konyol itu. Entah apa yang dipikirkan Yongie saat ini, apa ia memakai alat hisap itu berlebihan?
Hingga kini akal gadis ini sedang tak baik?
Aku menekan kepalanya, "Bangunlah, jangan terus bermimpi seperti itu." mengacak rambutnya gemas setelahnya.
Call my name and save me from the dark— bid my blood to run. Before i come undone. Save me from the nothing i've become
··
Yang Yongie ingat adalah dimana saat Huang Zi Tao menyematkan jari kelingking mereka, berjanji satu sama lain dalam cinta mereka.
Hal paling menyedihkan berjanji hal semacam itu, yang dilansir bahwa Zi Tao sudah dengan jelas bukan milik Yongie.
Janji macam apa?
Omong kosong belaka?
Membuat Yongie terjun bebas di bawah pengaruh cinta Zi Tao?
Dan kini tubuh Yongie hancur- tak dapat lagi ia rasakan jatuh dari ketinggian ruangannya.
Terbelenggu oleh kebahagiaan yang ia buat dalam tiap hisapannya, kenikmatan yang membuatnya gila berhari-hari.
Zi Tao akan muncul jika sudah seperti itu, dan akan pergi setelah obat itu tak berpengaruh lagi. Eksistensi Huang Zi Tao memang belum berakhir, bukan berarti tak bisa berakhir. Semakin tinggi dosis yang Yongie gunakan, semakin jelas Zi Tao tampak di hadapan gadis itu dan lenyap begitu saja.
Yongie mengejarnya.
Hingga ia rela terjun bebas...
Meyakinkan bahwa eksistensi akan Huang Zi Tao— berakhir.
Froze inside without your touch. Without your love— sweety.
Only you are life among the dead.
Fin
Dan ini so fxxk banget, ini binggung udah berhenti gitu aja idenya setelah ada ide lain yang nyerobot masuk ke otak dan minta juga segera diselesaikan, ugh- ini otak -,-" tidak paham? Okay, maaf jika terlalu berbelit dan membuat fxxkers harus berpikit serumit ini((kayaknya otaknya Ji yang mbulet HAHAHA)). Dan akhirnya setelah sekian lama bersarang di Draft, muncullah kepermukaan seperti ini. Nikmati saja, sekian.
Review if you find your fatal fantasy~
Komen-komen fxxkers tentunya akan menunjang di Fanfict selanjutnya >.<
Regards,
Ji