#3.
Kesibukkanmu & Kesibukkanku.
Aku adalah Fla, gadis
paling beruntung yang mencintai seorang pria yang sibuk bergulat dengan
setumpuk buku penuh dengan angka dihadapannya. Saat ku bawakan secangkir coklat
panas, ia tak menoleh sama sekali padaku.
Aku duduk disampingnya, menunggunya sesekali melihat coretan-coretan angka yang begitu jeleknya. Lama aku menunggu hingga aku bosan.
Tangan jahilku mulai menggelitik bagian sensitivenya. Telinganya adalah sasaran yang empuk, bersiap aku meniup pelan telinganya dan ia hanya menutup telinganya.
"Hey! Hentikan!" ujarnya yang sama sekali tak menatapku.
Aku mem-poutkan bibirku, kesal. Kejahilan ini tak kunjung hilang, aku menempelkan kepalaku dimeja lalu telunjukku menekan-nekan pipinya yang tirus itu. Tak ada respon.
"Tok tok tok~! Anybody home~?" ujarku sembari masih menunjuk-nunjuk pipinya, senyumannya tampak walau hanya sebentar tapi aku senang.
Sedetik kemudian ia kembali menyelam kedunianya, kembali aku tak digubrisnya. Aku kembali bersiap meniup telinganya, tapi ia sudah buka mulut terlebih dahulu.
"Bisakah kau hentikan itu?" pintanya. Aku mengangguk sambil masih menyimpan udara didalam mulutku.
Aku menompang pipiku, menatapnya yang masih sibuk. Telunjukku menelusuri lehernya, nakal. Ia menoleh dan aku terkekeh.
"Diamlah sebentar." ujarnya dingin dengan wajah datarnya yang amat jelek itu.
Aku diam, itu yang dia inginkan bukan. Kini aku hanya terdiam disampingnya, menatapnya yang masih 'sangat' sibuk dengan kerjaannya.
Mataku tak lepas dari gerak-geriknya, mataku menerobos masuk menatap mata indahnya dari balik kaca mata yang ia kenakan. Saat ia tengah berfikir bibirnya akan terlihat sangat lucu, aku tersenyum sendiri menatap dirinya.
"Berhentilah menatapku seperti itu." ujarnya lagi. Aku menghembuskan napas kesal, segera aku memblakanginya lalu tiduran malas dimeja.
Selang beberapa lama aku tertidur sejenak. Tetapi ada tangan yang menyibakkan ponyku lalu ada sesuatu yang lembab menempel dikeningku.
Aku membuka mataku, "Apa kau sudah selesai?" tanyaku padanya yang kini ada dihadapanku.
"Iya, maaf." ujarnya. Aku mengangguk dan kami kembali bercengkraman bersama.
****
Tumpukan komik mengelilinginya, komik Detektif Conan pilihan utamanya untuk dibaca. Toples jajanan juga berada dipangkuannya, jus pisang minuman yang akan menemani makanannya. Apa-apaan gadis itu?
Bahkan ia tak merasakan tatapanku padanya. "Apa kau sibuk?" tanyaku padanya, tapi tak ada jawaban.
Aku mengambil komik yang ia baca, "Berikan ini padaku!" ia menatapku kesal. Merebut komiknya kembali.
"Kembalikan komik itu padaku!" ia kembali larut dalam dunianya.
Aku benar-benar tak dipandang sedikitpun olehnya. Baiklah biarkan dia sibuk dengan dunianya, aku akan menunggunya.
30 menit.
45 menit.
2 Jam kemudian.
ah~ gadis bodoh ini benar-benar membuatku harus menunggunya.
"Selesai~!" ujarnya riang, sembari merentangkan kedua tangannya. Melepas semua rasa pegalnya.
Aku tak menghiraukannya. Ia terkekeh pelan, lihatlah gadis ini ia malah terkekeh -_-
"Sudahkah kau membacanya? Aku sampai tak kau gubris sama sekali-_-" aku menampakkan wajah kesalku.
Ia memeluk leherku dari belakang. "Maaf, tapi inilah kesibukkanku. Disaat kau sibuk dengan duniamu aku juga bisa sibuk dengan duniaku. Aku memaklumi kesibukkanku dan kau memaklumi kesibukkanku, benar bukan?" ia tersenyum padaku, inilah gadisku.
Kami memiliki kesibukan masing-masing dan belajar menerima hal itu. Mencoba saling memahami satu sama lain. Aku yang tak menggubrisnya saat bergulat dengan angka-angka dan dia yang tak menggubrisku saat tengah mengamati gambar manga beserta dialognya.
Aku duduk disampingnya, menunggunya sesekali melihat coretan-coretan angka yang begitu jeleknya. Lama aku menunggu hingga aku bosan.
Tangan jahilku mulai menggelitik bagian sensitivenya. Telinganya adalah sasaran yang empuk, bersiap aku meniup pelan telinganya dan ia hanya menutup telinganya.
"Hey! Hentikan!" ujarnya yang sama sekali tak menatapku.
Aku mem-poutkan bibirku, kesal. Kejahilan ini tak kunjung hilang, aku menempelkan kepalaku dimeja lalu telunjukku menekan-nekan pipinya yang tirus itu. Tak ada respon.
"Tok tok tok~! Anybody home~?" ujarku sembari masih menunjuk-nunjuk pipinya, senyumannya tampak walau hanya sebentar tapi aku senang.
Sedetik kemudian ia kembali menyelam kedunianya, kembali aku tak digubrisnya. Aku kembali bersiap meniup telinganya, tapi ia sudah buka mulut terlebih dahulu.
"Bisakah kau hentikan itu?" pintanya. Aku mengangguk sambil masih menyimpan udara didalam mulutku.
Aku menompang pipiku, menatapnya yang masih sibuk. Telunjukku menelusuri lehernya, nakal. Ia menoleh dan aku terkekeh.
"Diamlah sebentar." ujarnya dingin dengan wajah datarnya yang amat jelek itu.
Aku diam, itu yang dia inginkan bukan. Kini aku hanya terdiam disampingnya, menatapnya yang masih 'sangat' sibuk dengan kerjaannya.
Mataku tak lepas dari gerak-geriknya, mataku menerobos masuk menatap mata indahnya dari balik kaca mata yang ia kenakan. Saat ia tengah berfikir bibirnya akan terlihat sangat lucu, aku tersenyum sendiri menatap dirinya.
"Berhentilah menatapku seperti itu." ujarnya lagi. Aku menghembuskan napas kesal, segera aku memblakanginya lalu tiduran malas dimeja.
Selang beberapa lama aku tertidur sejenak. Tetapi ada tangan yang menyibakkan ponyku lalu ada sesuatu yang lembab menempel dikeningku.
Aku membuka mataku, "Apa kau sudah selesai?" tanyaku padanya yang kini ada dihadapanku.
"Iya, maaf." ujarnya. Aku mengangguk dan kami kembali bercengkraman bersama.
****
Tumpukan komik mengelilinginya, komik Detektif Conan pilihan utamanya untuk dibaca. Toples jajanan juga berada dipangkuannya, jus pisang minuman yang akan menemani makanannya. Apa-apaan gadis itu?
Bahkan ia tak merasakan tatapanku padanya. "Apa kau sibuk?" tanyaku padanya, tapi tak ada jawaban.
Aku mengambil komik yang ia baca, "Berikan ini padaku!" ia menatapku kesal. Merebut komiknya kembali.
"Kembalikan komik itu padaku!" ia kembali larut dalam dunianya.
Aku benar-benar tak dipandang sedikitpun olehnya. Baiklah biarkan dia sibuk dengan dunianya, aku akan menunggunya.
30 menit.
45 menit.
2 Jam kemudian.
ah~ gadis bodoh ini benar-benar membuatku harus menunggunya.
"Selesai~!" ujarnya riang, sembari merentangkan kedua tangannya. Melepas semua rasa pegalnya.
Aku tak menghiraukannya. Ia terkekeh pelan, lihatlah gadis ini ia malah terkekeh -_-
"Sudahkah kau membacanya? Aku sampai tak kau gubris sama sekali-_-" aku menampakkan wajah kesalku.
Ia memeluk leherku dari belakang. "Maaf, tapi inilah kesibukkanku. Disaat kau sibuk dengan duniamu aku juga bisa sibuk dengan duniaku. Aku memaklumi kesibukkanku dan kau memaklumi kesibukkanku, benar bukan?" ia tersenyum padaku, inilah gadisku.
Kami memiliki kesibukan masing-masing dan belajar menerima hal itu. Mencoba saling memahami satu sama lain. Aku yang tak menggubrisnya saat bergulat dengan angka-angka dan dia yang tak menggubrisku saat tengah mengamati gambar manga beserta dialognya.
Comments
Post a Comment