-->
Your Blog Image

[Fanfiction] Badman and Badgirl ; Angel is come.




".. Saat manusia menjadi peliharaan manusia lain .."

"Tanpa kuminta kau sudah bertekuk lutut padaku, menuruti tiap perintahku, mematuhi segala ucapanku. Kupegang kesetianmu padaku. Kau menjual jiwamu pada orang yang tepat, dan pastinya kau memberikan seluruh dirimu padaku.."

Tangan besar lelaki itu menyentuh wajah sang gadis, tangan itu menyentuh lembut dengan penuh perasaan. Tangan itu masih saja terasa lembut walau dibuat merengut puluhan oh bahkan ratusan jiwa. Dan masih ada sedikit perasaan yang ia tuangkan pada gadis ini, tak seperti menyentuh budak lainnya yang tanpa perasaan. Berbeda, kali ini berbeda. Sepertinya menaruh hati.

Sentuhan itu semakin jauh dan dalam, sebelum gadis ini dikenalkan pada dunia yang kejam tentunya sang Tuan memberinya tanda terlebih dulu bahwa gadis ini miliknya, seutuhnya.

".. Seluruh jiwa dan ragamu sudah menjadi milikku, kau tak akan lari kemana-mana .."

###

"Baby, baby! Bangunlah!" suara seorang pria pada wanitanya yang gusar dalam tidur. Wanita bernama Baby itu pun terbangun.

"Mimpi burul lagi, hm?" tanya sang pria.

"Eungg~" wanita itu mengangguk.

"Akan kuambilkan air." pria itu hendak pergi tapi tangannya ditahan.

"Jangan pergi, temani aku saja Himchanie." pinta Baby.

Pria bernama Himchan itu pun kembali berbaring dan memeluk lembut Baby, melindungi Baby dalam dekapannya.

Sepasang mata menatap dari jauh dengan penuh kebencian.

"Tak sabar aku ingin membunuhnya." suara itu terdengar tak mengerikan tapi cukup membuat Baby merasakan ketakutannya.

Baby sibuk memasak sedangkan Himchan masih bersiap untuk bekerja. Seperti inilah kehidupan Baby sebagai kekasih Himchan selama beberapa bulan ini.

"Kau tampak pantas menjadi nyonya Kim, Baby~" Himchan memeluk tubuh Baby.

"Pergilah duduk sarapan hampir siap~" Baby menyikut pelan perut Himchan.

"Akhh.." Himchan memegang perutnya.

"Ah??? Apa itu menyakitimu?" Baby berbalik dan segera memeriksa kekasihnya itu.

Himchan memeluk Baby, membawa tubuhnya jauh dari komporyang sudah dimatikan olehnya.

"Kau tak apa?" pikir Baby.

"Aku akan baik-baik saja jika mendapatkan kecupan darimu." Himchan menunjuk bibirnya.

Baby tersenyum, dikecupnya bibir Himchan sekilas. Himchan menunjuk lagi bibirnya, dikecupnya lagi. Himchan menggeleng, Baby menaikkan bahunya seperti bertanya 'Apa?'.

Himchan menaikkan satu alisnya 'Apa hanya ini?', Baby menggeleng. Himchan memicingkan matanya menatap wanitanya lekat-lekat dan mendapatkan Morning Kissnya.

Himchan melumat bibir Baby menggodanya agar membalas ciumannya, tapi gagal. Himchan pun semakin memperdalam ciumannya sembari mengusap punggung Baby dan menggelitik sedikit bagian sensitive Baby. Ciuman itu membuat mereka saling terbuai dan lupa akan waktu.

Baby pun membuka matanya, diliriknya jam yang ada didinding.

"Hmm..pph.. Kau bisa telat!" Baby berteriak dan mencoba melepaskan dekapan Himchan padanya.

"Haishh!" kesal Himchan.

Baby merapikan pakaiannya yang sudah sangat berantakan lalu menuju wajan untukmemindahkan masakannya kepiring. Himchan masih membenarkan kemeja dan dasinya yang juga berantakan. Himchan kembali berjalan mendekati Baby dan memeluknya dari belakang.

Himchan mengecup tengkuk Baby lalu turun keleher dengan jilatan dan bersiap menghisap.

"Hentikan sekarang atau kau tak akan dapat sama sekali!" ancam Baby.

"Ck. Baiklah." Himchan mengecup kepala Baby dan duduk dimeja makan.

Usai sarapan pagi Baby mengantarkan Himchan yang akan pergi bekerja.

"Aku mencintaimu~" bisik Himchan.

"Aku lebih mencintaimu~" balas Baby.

Dikecupnya kening Baby, Baby pun membalas kecupannya dikening Himchan pula.

"Jaga dirimu baik-baik~" Himchan masuk kedalam mobil.

"Hati-hati! Jangan pulang larut~" Baby melambaikan tangannya seiring mobil Himchan yang berlalu.

Baby pun masuk, membereskan meja makan, dapur dan tentunya seluruh rumah.

Saat Baby mencuci piring ia dikagetkan dengan sebuah suara.

"Lama tak berjumpa, Baby~" bisik orang itu didaun telinga Baby.

"Bagaimana harimu? Kau taklupa bukan apa yang tengah kau kerjakan?" pria itu melingkarkan tangannya keperut Baby.

"Tentu aku ingat." jawab Baby tenang.

"Masih bisa menyembunyikan ketakutanmu?" suara itu semakin jelas terdengar ditelinga Baby karena jarak mereka sudah sangat dekat.

"Takut?" Baby bersikap se-biasa mungkin.

"Aku bisa mencium ketakutanmu~" pria itu mengendus Baby.

"Cepat hentikan peranmu sebagai kekasih atau istri yang baik! Aku mulai tak sabar menunggu terlalu lama!" suara itu sudah menunjukkan ketidak-sabaran-nya.

Baby menghembuskan nafas pelan saat pria itu melangkah menjauh. Baby pun bergegas membuatkan minuman.

Kini mereka duduk bersama dan berbincang-bincang santai.

"Mudah sekali bukan memikat pria seperti Kim Himchan, seorang pria muda dengan talenta yang luar biasa dan tentunya banyak saham ditangannya. Milyader~" ujar pria itu.

"Tak semudah yang kau bayangkan!" Baby terlihat kesal.

Diputarnya kenangan masa lalunya saat Baby mencoba mendekati sosok Himchan.

[Flashback]

Baby Pov
Aku tak tahu harus mulai dari mana hidupku terasa hancur saat ini. Aku hanya melangkah sesuai keinginan kakiku.

"Argt!!! Pria brengsek!! Berani-beraninya mencampakkanku!!" marahku sepanjang perjalanan.

"Kenapa ia begitu tega melakukan ini padaku? Dan kenapa aku tak tega untuknya?" aku terdiam sejenak disebrang jalan. Aku berdiri seperti orang gila ditengah-tengah orang yang berlalu lalang.

Mungkin aku memang sudah seperti orang yang tak waras. Saat sudah sepi aku pun menyebrang dengan pandangan kosong tak tahu jika lampu merah untuk pejalan kaki.

CKITTTT

BRUUKK

'Apa aku mati?'

'Ingin rasanya mati'

"Kau tak apa Nona?" suara seorang pria menyadarkanku.

Aku terduduk lalu mulai menangis, "Kenapa aku tak mati?? Kenapa!!!??" marahku.

"Bunuh aku!! Buat aku menghilang dari dunia ini!!!" semua orang mengerubungiku, aku tak peduli dengan pandangan yang dilemparkan mereka padaku.

"Nona, kau tak apa?" tanya pria yang menabrakku, khawatir.

"Semua pria brengsek! Aku benci!!" ocehkusembari menangis tak henti-hentinya.

"Aishh! Aku akan mengurusnya." pria itu membopongku, aku memeluk dan semakin menangis dalam pelukkan pria itu.

Saat aku dimasukkan dalam mobil mataku menangkap sosok yang tengah mengawasiku. Pria yang menabrakku pun melajukan mobilnya membawaku ke rumah sakit.

@Hospital

Aroma obat-obatan yang kuat menyeruak di indra penciumanku, samar-samar aku mendengar sebuah perbincangan.

"Dia dalam kondisi yang tak stabil."

"Apa lukanya cukup parah, Dok?"

"Luka benturan itu tak parah dan hanya lecet-lecet saja untuk bagian tubuh lainnya. Tapi.."

"Tapi kenapa Dok?"

"Dia tengah mengalami Depresi berat, jika tak ada yang mengawasinya ia bisa membunuh dirinya sendiri."

"Apa yang harus kulakukan Dok?"

"Kau harus menjaganya untuk sementara waktu."

"A-apa?"

"Kau harus bertanggung jawab bukan atas ulahmu!?"

"Tidak bisa kita kirim dia ke Rumah Sakit Jiwa dan memberi mereka uang untuk perawatan gadis itu? Aku terlalu sibuk bagaimana bisa mengurus orangyang tak waras! Saham-saham yang kupegang cukup membuatku pusing apalagi jika ditambah gadis itu! Aku saja tak bisa mengurus diriku sendiri" omel pria itu terlalu panjang untuk kudengar, masih ada ternyata pria seperti itu.

"Ini untuk kebaikanmu, rumor tentang dirimu yang tak menyukai wanita akan segera terhapuskan!" bujuk sang Dokter.

"Tap-p-p..i Dok?"

Kudengar langkah sang Dokter pergi menjauh, aku segera bangkit dari tidurku lalu duduk termenung. Berpikir.

"Hey, kau benar tampak seperti orang yang kehilangan warasnya!" ejek pria itu padaku.

"Mungkin jika aku didekatmu aku akan semakin gila." ujarku datar.

"Yakk!! Tak ada yang berani menghina seorang Kim Himchan!!" marahnya sembari menarik pakaianku.

'Pria macam apa dia ini?' batinku.

Mata kami bertemu, cukup lama sampai seseorang masuk membuyarkan pertengkaran kami.

"Tuan Kim kau tak boleh menyakiti pasien!" seorang pria mencoba menjauhkan pria bernama Himchan dariku.

"Gadis ini yang memulainya, Pengacara Oh!" adu Himchan"Cih.." aku mencibir "Kekanak-kanakan!" ujarku pelan.

"Apa? Apa kau bilang! Dasar gadis gila!" ejek Himchan.

"Sudahlah Tuan Kim. Perkenalkan aku pengacara keluarga Kim, Oh Ji Soo. Aku yang akan membantumu untuk kepentingan Tuan Kim." pria bernama Oh Ji Soo itu membungkuk memberi hormat.

"Mari saya antar anda." ajak Ji Soo.

"Kemana?" tanyaku.

"Ke rumah Tuan Kim."

"APA??? Kerumahku?? Sekarang?? Ji Soo!!!" kaget Himchan dan juga menunjukkan kemarahannya.

"Aku tadi sudah berbincang dengan Dokter, tak ada salahnya bukan menerima sarannya. Kita juga berbuat baik." ujar Ji Soo sambil menggendongku untuk didudukkan dikursi roda.

"Ck, dengan cara menampung gadis gila." cibir Himchan yang berjalan dibelakang kami.

Ji Soo memasukkanku kedalam mobil sedangkan Himchan sudah duduk disebelah kemudi.

Mataku menangkap sosok yang tersenyum padaku. Aku pun mengalihkan pandanganku menatap kosong kedepan tapi bukan berarti tatapanku benar-benar kosong. Dengan jelas mataku bisa menangkap mataHimchan yang memandangku, saat kubalas tatapannya spontan ia membuang tatapannya.

Tak lama kami pun sampai. "Aku akan meninggalkanmu bersama Tuan Kim. Besok barang-barangmu akan kuantar kemari." ujar Ji Soo.

"Dia akan tinggal disini?" kaget Himchan.

"Dia tak ada tempat tinggal, sebelumnya saja ia menumpang dirumah kekasihnya." jelas Ji Soo.

"Dan kini tinggal bersamaku yang jelas-jelas bukan siapa-siapanya. Kau kira aku tempat penampungan!?" marah Himchan yang tak ada habisnya.

"Kau akan baik-baik saja jika kutinggal bersama Tuan Kim bukan?" tanya Ji Soo padaku.

"Tentu, selera dia bukan seorang wanita." aku tersenyum, senyuman mengejek tentunya.

"Baiklah. Aku pergi." Ji Soo pun berlalu.

Himchan berkacak pinggang menatapku, aku bangkit dari dudukku.

"Dingin, rumah ini dingin." ujarku pelan sembari melangkah.

"Tentu karena pendingin ruangan."

"Rumah ini dingin seperti hatimu. Tak ada kehangatan bahkan percikan pun tak ada." aku meraba dinding lalu tersenyum.

"Apa maksudmu?" "Kau membuat dirimu benar-benar penuh kesedihan dan kesendirian." aku berbalik menatapnya, lalu tersenyum.

"Rumah ini hanya terdiri.."

"Satu kamar tidur, ruang kerja, dapur, tak ada ruang makan, satu kamar mandi, ruang tamu yang berfungsi sebagai ruang santai ataupun ruang baca. Yah, cukup minimalis untuk orang yang hidup sendiri sepertimu." aku memotong penjelasannya.

"Pergilah tidur." Himchan masuk ke kamarnya.

Aku pun masuk kamar mandi untuk membersihkan diri, aku menenggelamkan tubuhku kedalam bathup dan menahan napas. Me-refesh otak dan pikiranku untuk hari ini.

Aku masuk kamar Himchan hanya menggunakan handuk dikepala dan badan.

"Huaaa!!!" teriak Himchan.

"Aku pinjam pakaian." dengan santainya aku meminjam pakaian Himchan.

"Tapi kenapa kau hanya menggunakan handuk!?" Himchan bergegas mencari pakaian yang pas untukku dilemarinya. Aku mengintip lemarinya.

"Sudah belum?" tanyaku.

"Tak ada baju yang cocok untukmu!" tungkas Himchan.

"Ini!!!" aku menemukan jaket pinkmengangguku dan mengejekku itu sudah cukup menurunkan kadar stressnya. Tapi hari ini ia benar tampak sangat tidak baik.

"Kau sakit?" saat aku hendak menyentuh keningnya ia menepis tanganku.

"Kau demam." ujarku.

"Diamlah." Himchan bergegas berangkat kerja.

"Kurasa sebaiknya kau istirahat dirumah, panasmu cukup tinggi." perintahku pelan padanya.

"Tak usah sok tahu dan peduli padaku."

"Dari sentuhan kulitmu sudah terasa kalau kau sedang tak baik-baik saja."

Himchan pun beranjak pergi tapi aku menahannya.

"Bawa Sweater ini, kurasa cuaca juga sedang tak baik." Himchan menampik tanganku dan pergi begitu saja.

Dan kini aku berdiri didepan rumah sembari membawa payung, dugaanku benar. Hujan, sangat lebat dan Himchan masih juga belum pulang. Aku berdiri malam-malam menunggunya pulang, cukup lama.

Mobil Himchan pun tiba dan segera aku menghampirinya, Himchan terus terdiam saat aku mengganti pakaiannya yang cukup basah.

Aku kedapur dan membuatkan coklat panas. Wajahnya tetap takbesar ala Hip Hop dan segera memakainya.

"Ah tidak bisakah kau mengganti ditempat lain!?" Himchan berbalik agar tak melihatku.

"Sudah!" aku berkacak pinggang dan Himchan menatapku datar.

Himchan pun meninggalkanku dan pergi tidur, ah Jaket ini cukup menutupi tubuhku walau hanya 10cm menutupi pahaku. Aku ikut berbaring disamping Himchan.

"Sekarang apa lagi?" Himchan mengacak rambutnya, kesal.

"Tenang. Aku tak akan macam-macam, bukannya kau tak berselera dengan wanita." aku tersenyum lebar lalu menyelimuti diriku, Himchan menjambak rambutnya. Frustasi.

Hari-hari kulewati dengan cukup baik walau diselangi pertengkaran kekanak-kanakan.

"Aku tak berminat mengintip gadis gila sepertimu!!" teriak Himchan dari lantai atas, ruang kerjanya.

"Aku pun tak berminat pada pria penyuka sesama jenis sepertimu!!" teriakku tak kalah keras.

Tapi pernah suatu dari seminggu kami kenal baru kali ini dia tampak sangat diam dan tak banyak bicara. Biasanya walaupun kerjaannya membuatnya cukup stressberubah tetap biru dan tampak beku.

"Kau masih kedinginan?" aku menggenggam tangannya, ia terdiam tak menjawab.

"Badanmu cukup dingin.." lirihku.

"Pelukan hangat?" tawarku yang langsung mendapatkan tatapan tajam darinya.

Ia mengangguk dan aku pun mendekat. Merapatkan tubuhku ketubuhnya, menyalurkan kehangatan dalam tubuhku untuknya.

"Pelukan itu cukup baik untuk menghangatkan." ujarku yang bisa merasakan tubuh dingin Himchan.

"Dan keadaanmu semakin buruk bukan!?" aku terdengar mengomel.

"Buatlah aku merasa lebih baik." ujar suara berat itu pelan.

"Hm?" aku pun menatapnya dan bibir dinginnya menyapu bibirku.

Kupejamkan mataku menikmati ciumannya, ciuman yang perlahan tapi penuh akan tuntutan. Ciumannya semakin menggila, menghabiskan kadar Oksigen dalam paru-paruku, kuremas punggungnya dengan tanganku yang memeluk tubuhnya. Memperingatkan padanya bahwa aku ingin menyudahi ciuman yang dalam ini. Ia mengerti dan segera melepaskan ciuman kami. Aku memeluknya lagi sembari bernapasPagi pun menyambutku tapi tak kutemukan Himchan disampingku. Keadaan kasur sangat berantakan, aku pun melilitkan selimut tipis untuk menutupi tubuhku dan berjalan menuju dapur.

Ada Himchan tapi ia tampak seperti tak memperdulikanku. 'Apa semua pria selalu seperti ini setelah meniduri wanita? Bertindak seperti tak terjadi apa-apa?' batinku.

Kuteguk perlahan susu yang ada ditanganku. "Kau terlihat cantik pagi ini." bisik suara berat yang kukenal itu.

"Hm?" aku pun berhenti minum.

"Ah kau kembali menggodaku pagi-pagi." ujar Himchan sembari memainkan jemarinya dibagian perutku. Aku berbalik, menatapnya. Tak mengerti.

Himchan mengambil gelasku dan menumpahkannya dibagian dadaku. "Ups, sepertinya ada yang harus dibersihkan." ujar Himchan nakal.

Aku tertawa dan pagi itu terasa sangat panas tapi cukup menyenangkan.

Aku dan Himchan bermain air dikamar mandi, kami mandi bersama. Saling membersihkan satu sama lain. Menyabuni, menyikat semua hal bersama dan saling berbagi.Tak ada sendirilagi.

[Flasback End]

"Yah cukup mengesankan dalam waktu seminggu kau mendapatkannya. Perhitunganmu tak pernah salah."

"Aku masih punya 2 hari dari waktu yang kujanjikan." ujarku pada sosok pria itu.

"Kau sudah dapatkan separuh Obligasi Sahamnya, dengan sedikit pergerakan 85% kau akan memiliki saham miliknya. Apalagi yang kau tunda?"

"Bisakah aku tepatkan waktunya sesuai perhitunganku." tegasku.

"Baiklah, selesaikan ini dan kembali padaku." ia menepuk bahuku dan seketika itu kesadaranku melayang begitu saja.
Rintihan itu terdengar sangat merdu, menyentuh lembut diawalnya dan semakin menyakitkan dipertengahan. Rintihan kesakitan yang sangat menikmati kuluman, remasan bahkan tusukan demi tusukan.

Gerakan yang terkesan lembut dan berperasaan diawal berubah semakin liar dan kasar. Tubuh gadis itu semakin ikut menggila dalam permainan Tuannya. Tubuh kecil yang sexy itu cukup memuaskan dan sungguh boneka yang mengasyikkan untuk dimainkan.

Sepertinya sang Tuan tak menganggapnya seperti boneka atau seperti budak lainnya, tubuh gadis itu terlalu nikmat untuk dinikmati orang lain. Bukan pula tempat penyaluran sex sang Tuan, tahu bukan bahwa ia berbeda?

Perjanjian yang diresmikan dengan penyatuhan tubuh maupun jiwa dan dibumbuhi sedikit darah dari masing-masing.

Perjanjian macam apa ini?

Himchan pun datang dan mengembalikan kesadaranku yang tadinya melayang tak pasti memutar kejadian itu berulang kali. Tepukan itu menyalurkan isi hati dan pikiran yang ada dalam pria itu.

"Kau tak apa? Sepertinya kau kelelahan." ujar Himchan yang mengkhawatirkanku.

"Tidak aku tak apa." jawabku padanya.

"Kenapa semuanya gelap. Apa ada seseorang yang menyelinap dan melakukan sesuatu padamu?" khawatirnya yang langsung membawaku kekamar.

Himchan pun meletakkanku dikasur dan beranjak pergi tapi aku menahannya.

"Kenapa?" tanya Himchan yang mencium gelagat anehku.

"Aku merindukanmu, ah entahlah apa yang terjadi padaku." binggungku.

"Katakan saja." Himchan mengusap wajahku.

"Tidak." aku menepis tangannya.

"Hey, ada apa denganmu." ia menyentuhku lagi.

"Jangan sentuh aku." pintaku dan menyingkirkan tangannya dariku.

"Oh baiklah aku mengerti." Himchan beranjak lagi tapi aku kembali menahannya.

Himchan menatapku dengan tatapan 'Apa?' aku hanya menatapnya seduh, berharap ia mengerti walau aku tak mengatakannya langsung.

Himchan yang mengerti pun tersenyum, "Aku juga merindukanmu. Aku menagih yang tadi pagi." Himchan mengulum bibirku dan saat libido kami bertemu semuanya seakan terlupakan. Tak ada yang menang dan tak ada yang kalah hanya pertempuran hasrat yang menggebu-gebu dengan sengit.

Malam ini terasa begitu panjang dan ada sedikit rasa menyakitkan dalam diriku. Apa ini sebuah permainan akhir atau penutup dari hubunganku dengannya? Entahlah. Sepertinya aku sangat malas menyambut hari ini, hari yang kujanjikan bukan?

Tapi Himchan tak berniat pergi bekerja karena ia hendak menemaniku yang sedang kurang sehat.

"Bubur ayam?" ia tersenyum membawakan masakannya untukku.

Kami sarapan bersama dan kurasa ini sangat menyenangkan.

"Sewaktu aku sakit kau merawatku dengan baik, dan saat kau sakit aku akan merawatmu." Himchan berceloteh ria aku hanya tersenyum mendengarkannya.

"Kau tahu? Aku tak sabar ingin mengucapkan 'Aku Kim Himchan mencintai Baby Lee' dan kau menjawab." ia menunggu jawabanku.

"Aku Baby Lee mencintai Kim Himchan." jawabku.

"Aku bersedia menerimanya dalam sedih ataupun senang dalam duka maupun luka." Himchan seakan mengucapkan kata-kata sakral itu dengan sungguh-sungguh.

"Aku bersedia menerimanya dalam sedih ataupun senang dalam duka maupun luka." balasku yang penuh akan kesedihan yang tak tampak.

Kami saling menatap, Himchan mengecupku sekilas.

"Kita sudah mengucapkan janji, cincinya akan menyusul"kata-kata Himchan membuatku binggung tapi aku tak terlalu memikirkannya.

Seharian kami menghabiskan waktu santai bersama, membuat kami lupa jika waktu berjalan begitu cepatnya saat kami bersama.

Malam pun tiba dan semakin dekat waktunya. Aku tampak gusar karena aku tak segera bertindak. Himchan memanggilku ke ruang kerjanya.

"Ini yang kujanjikan untukmu." Himchan meraih tanganku dan menyematkan sebuah cincin indah dengan taburan berlian ditiap lingkarnya ke jari manisku. Dikecupnya tanganku.

"Kini kau resmi menjadi Nyonya Kim dan menjadi milikku seutuhnya." Himchan tersenyum, aku tersanjung dan tak percaya akan semua ini.

"Pertunjukkan telah usai. Ah aku tak suka akhir dari cerita ini." seorang pria muncul dibelakang Himchan.

"Siapa kau?" kaget Himchan.

"Aku? Malaikat mautmu. Oh tidak, harusnya wanita itu yang menjadi Malaikat mautmu tapi ia terlalu tersanjung jadi tak bisa menyelesaikan ini semua." jelas pria itu.

"Baby?" Himchan menatapku menanti kebenaran yang dikatakannya. Aku terdiam tak menjawab, sebuah pistol melayang dan aku menangkapnya.

"Selesaikan." perintah pria itu padaku.

Aku menarik pelatuknya dan mengarahkan pistol itu pada Himchan, tepat di Jantungnya.

"Mengapa kau lakukan ini Baby? Apa pria masih brengsek dihadapanmu?" Himchan menatapku senduh.

"Tak apa kau membunuhku dan mengambil semuanya dariku tapi jangan membuatku menjadi lebih buruk, bahkan sangat buruk." ucapan Himchan membuat sekujur tubuhku bergetar.

"Baby.." pria itu menatapku yang gemetaran.

"Kau tahu? Apapun dirimu, aku tetap mencintaimu.."

DORR

PLASSHH

"TIDAK!!!!" aku berteriak melihat tubuh Himchan yang tergeletak bersimbah darah dilantai.

Aku memangkunya lalu memeluknya.

"Aku lebih suka akhir cerita seperti ini. Cepatlah kembali." Pria itu menghilang begitu saja.

"Himchn, hiks.." aku menangis melihatnya.

"K-kau menangis?" Himchan mengusap air mataku, tentunya air mataku mengalir sangat deras.

"Aku juga mencintaimu Himchan, hiks.." aku menatapnya dalam. "Diawal kita bertemu kau menangis dan diakhir kau pun menangis." Himchan mengusap kepalaku sayang.

"Maafkan aku hiks.."

"Tak apa, aku tak apa. Terima kasih sudah menemaniku selama i-ni." Himchan menghembuskan nafas terakhirnya.

"HIMCHAN!!!" aku berteriak memeluknya lalu mengecup bibirnya sekilas.

"Hahaha, ha ha.. Hahaha" aku tertawa, entah tawa kemenangan atau tawa kegilaan.

Hari pemakaman cukup tenang dan cerah, banyak kerabat yang datang termasuk beberapa polisi yang menyelidiki kasus pembunuhan ini tapi aku tak begitu peduli. Saat semuanya sudah pergi tinggal aku dan seorang bertubuh besar dengan wajah garang yang ditutupi kaca mata hitam.

Aku tak bisa membaca auranya, tapi dapat kurasakan matanya mengawasi tak pasti gerak-gerikku.

Aku mengecup batu nisan yang betuliskan Kim Himchan. Aku berjalan menuju mobil dan pulang menuju rumah.

Beberapa hari aku disibukkan dengan penyelidikan di kantor polisi, kantor kejaksaan dan aku sampai tak ingat kapan terakhir kali makan. Tak ada hasil dalam penyelidikan dan kasus ditutup. Aku sibuk mengurus perusahaan milik Himchan.

"Kau pulang?" sambutan hangat kuterima.

"Aku lelah." lirihku.

"Bawa dia kekamar." suruh pria itu pada anak buahnya.

Dan disinilah aku dikurung disebuah ruangan. Aku tahu ini, ruangan hukuman.

"Waktumu 3 hari untuk berfikir atau kosongkan pikiranmu!" perintah seorang dari balik pintu.

Aku mengerti, aku dapat merasakan kemarahan yang menyelimutinya.

"Seharusnya kau tak membuat kesalahan." terdengar kekesalan dari dalam suaranya.

"Tak seharusnya kau menaruh hati padanya BABY!!"

BRAKK

Baby menghembuskan nafas pelan ia berjalan pelan menuju pintu, merabanya pelan.

"Kau tak akan mati jika tak makan dan minum bukan."

Aku memejamkan mataku saat langkahnya terdengar menjauh dari pintu, aku tersenyum.

Lama aku dikurung, lama aku berfikir, tak cukup mudah bagiku untuk mempermainkan hatiku.

Aku mandi dan bersiap. Baju blaster hitam putih menyembunyikan tubuh sexyku walaupun masihterlihat cukup sexy.

"Ini." pria berbalut jas putih elegan itu memberikanku sebuah foto.

"Aku pergi." aku pun melangkah pergi.

"Kuharap kali ini kau tak akan membuat kesalahan."

"Tak akan Vils, tak akan.." aku berbisik tanpa suara.

Kecupan keberuntungan dari pria bernama Vils untukku. Pria yang sebelumnya tampak samar tapi, kini semakin jelas dimataku.

To Be Continue

Comments

Popular Post

Megumi Aihara Profile [Ulzzang Indonesia Girl]

Now is Megumi Turn~ Question and Answer with Megumi, Ulzzang Indonesian. Q              : Introduce please~ A              : Megumi Song Real Name: Ria Angriani Nick Name/Cyber name: Aihara Megumi (Gummy) D.O.B : 11 Juli 1991 Blood Type: B Race: Indonesian Country: Makassar, Indonesia.   Q          : Tertarik dengan dunia per-Ulzzangan dan Cosplay? Kenapa? A          : Well, sebenarnya ga tertarik sih sm Ulzzang awalnya, lebih ke cosplay ama fashion street di Jepang. Awal tau ulzzang2an pun dari temen, lewat video tutorial makeup di hpnya, iseng iseng di coba sendiri makeup nya, di abadiin lewat kamera *lol*, gatau juga kenapa ada yang suka sm foto2 saya. Iseng aja sih itu sebenarnya Kalo soal tertarik, mungkin karena mereka unik, berani tampil beda di depan orang banyak Q          : Oh begitu Jadi lebih ke Cosplay. Untuk make-up sendiri suka make-up Cosplay atau Ulzzang? A              : Hmm.. Ulzzang.. Lebih simple .. karena makeu

Ajushii rasa Oppa

Halooo disini Jijun membawakan Ajushi-ajushi yang membakar jiwa nan raga hihih. Bahkan umur mereka itu sperti hanya angka dengan wajah yang semakin menua tapi semakin panasnya sungguh menyinari hari-hariku. Selain tampan, kebanyakan dari mereka adalah Aktor dan memiliki ABS yang merusak pikiran setiap wanita. Yuk kalian yang mau tau Ajushi rasa Oppa versi Jijun ini, jangan lupa siapin stock oksige yak.  Penyegar ruangan, hirup banyak-banyak yak!  Ji Sung   (born Kwak Tae-geun on February 27, 1977) is a   South Korean   actor. He is best known for his roles in the   television dramas All In   (2003),   Save the Last Dance for Me (2004),   New Heart   (2007),   Protect the Boss (2011),   Secret Love   (2013),   Kill Me, Heal Me (2015),   Defendant   (2017), and the film   My PS Partner   (2012).

Review Chica Y CHico Nude Fantasy Whitening Cream

Review Chica Y Chico Nude Fantasy Wh i tening Cream So halo lagi untuk wanita dari manapun kalian berasal, kali ini Jijun kembali mereview suatu prodak yeay skincare korea lagi dan ini adalah salah satu produk dari brand Chica Y Chico Nude Fantasy Whitening Cream. Dan tentunya mungkin agak sedikit panjang, yuk mari kita simak melalui bagmbar berikut. Packing & Texture   Packingnya sangat lucu ya, dan produk ini cukup cantik bagiku dan teksturnya lembut dan memiliki aroma yang enak seperti susu dan campuran bunga lainnya  tapi rasanya aneh (gak sengaja kejilat tangan sendiri pas habis pakai ini cream . Sayang setelah diaplikasikan ke wajah, malah jadi lengket tapi setelah diberi loose powder udah engga.  Cream  ini berbentuk jar berisi 55ml.

G-Dragon Coup De'etat is Illuminati?

  Okay disini saya sedikit kaget, dan berteriak 'Ah GD oppa!?'. Album baru GD kali ini benar-benar membuatku sangat terkejut, dan sisi illuminati disini sungguh kental. wow, kalian tahu apa arti dari COUP DE'ETAT? setelah saya search dan yeah  Kudeta berarti merobohkan legitimasi atau pukulan terhadap negara adalah sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang dengan cara ilegal dan sering kali bersifat brutal, inkonstitusional berupa "penggambilalihan kekuasaan", "penggulingan kekuasaan" sebuah pemerintahan negara dengan menyerang (strategis, taktis, politis) legitimasi pemerintahan kemudian bermaksud untuk menerima penyerahan kekuasaan dari pemerintahan yang digulingkan. Kudeta akan sukses bila terlebih dahulu dapat melakukan konsolidasi dalam membangun adanya legitimasi sebagai persetujuan dari rakyat serta telah mendapat dukungan atau partisipasi dari pihak non-militer dan milite. Tahu bukan

Korean Drama dari tahun ke tahun

Halooo, apa kabar chingu-duel~. Jijun kembali disini ingin berbagi dengan kalian nih tentang drama korea dari tahun ketahun. Atau awal mulanya Jijun nonton drama koriya, dan ini adalah drama yang pernah Jijun lihat dan Jijun lampirkan review barang kali kalian mau flash back nonton ulang dramanya karena kangen tokohnya atau jalan ceritanya, bahkan chemistry dari para aktor/aktrisnya. Dan pasti kalian tahu bukan drama korea kadang susah ditebak, baper abis atau bikin jungkir balik penonton. Yuk kita simak. Jijun akan membagi drama-drama tersebut dibagiannya masing-masing.
© 2017 Our Memories. Designed by Eirudo.All rights reserved.