#5.
Aku terbakar.
"Entah rasa apa ini,
begitu membuatku merasa tak nyaman sama sekali. Ada hal aneh yang menjalar,
kurasa amarahku muncul begitu saja saat melihatnya bercanda dengan temanku.
Teman dekatku."
Aku terus menatapnya, menatap lekat-leka tiap gerak-geriknya. Ia tertawa senang saat bercanda dengan temanku itu, aku tahu ia hanya temanku dan Flaa hanya bercanda. Tetapi?
Aku mencoba mengalihkan pandanganku ke arah lain, wajahku tak dapat ditutupi lagi hingga Princess menegur Flaa agar menghentikan tingkahnya. Tapi tetap saja Flaa tak mendengarkan Princess, temannya.
Saat pulang aku langsung masuk kedalam ruanganku, melempar tas yang kubawa. 'Aku tak boleh begini!' batinku. Flaa, apa kau menyadarinya jika aku sedang kesal padamu? Apa kau merasakan itu?
-Tok Tok Tok-
(Suara ketukan pintu ruanganku)
Flaa masuk lalu tersenyum padaku, menghampiriku lalu memeluk punggungku. Aku merasakan tangan kecilnya melingkar diperutku. Kurasakan tiap kehangatan yang ia berikan padaku, kupejamkan mataku. Tapi bayangan wajahnya saat itu mengangguku, sangat menganggku. Ku lepaskan tangannya lalu berjalan keluar meninggalkannya dengan wajah yang kebingungan. Ku ambil air dingin agar mendinginkan kepala dan tentunya hatiku.
"Apa ada masalah? Kau bisa cerita padaku Melody!" ujar Flaa yang berdiri didekatku, aku hanya menggeleng.
"Baiklah, akan kuberi kau waktu. Aku akan kembali jika kau siap menceritakannya padaku." ia bergegas masuk ke kamarnya lalu keluar dengan membaca tas dan coatnya.
Ia menutup pintu kasar, aku tersenyum miris. Dan sekarang apa?
-tik tok tik tok-
Suara detikan jam mendominasi didalam ruanganku, gelap sunyi dan senyap. Diluar juga sudah gelap tapi gadis itu tak kunjung pulang, apa ia sedang dengan pria lain!? Jantung ini berdegup kencang, rasa khawatir dan panas menjadi satu. Tapi rasa khawatirku sirna saat ada langkah kaki yang menuju ruanganku.
Pintu pun terbuka, cahaya dari luar mencoba mengintip kedalam ruang gelapku. Hingga cahaya itu bercampur terang saat pencahayaan diruanganku dihidupkan. Ia berjalan mendekat kearah tempat tidurku, berlutut dihadapanku sembari meraih tanganku lalu mengenggamnya.
"Bisa kau ceritakan padaku sekarang?" ia membuka suara setelah beberapa jam lalu tak ada suara selain detikan jam.
"Aku mencoba berfikir sejak pulang tadi, aku menebak-nebak tapi tetap saja. Aku takut tebakanku salah."
"Apa tebakanmu?"
"Kau, cemburu?" ia menatap lekat-lekat wajahku.
"Kau benar."
"Jadi itu masalahnya. Mau kah kau mendengarkanku?" tanya Flaa dan aku mengangguk.
Ia bangkit dari duduknya, ikut duduk disebelahku sembari memegang wajahku.
"Apa kau tahu siapa orang yang teramat sangat ku cintai?" ia menatap mataku.
"Aku."
"Kau sudah tau jawabannya. Dan kau tahu?"
"Apa?"
"Aku milikmu dan kau milikku, mengerti?"
"Aku mengerti, tapi rasa aneh itu terus mengangguku. Panas! Aku terbakar dan aku tak suka itu!" marahku.
Ia menggeleng. "Melody, dengarkan aku. Kita sudah saling percaya satu sama lain bukan?" "Iya aku percaya padamu."
"Aku tahu kau tak sepenuhnya percaya padaku. Cemburu berlebihan itu tak baik, apalagi ia temanmu. Teman dekatmu dan aku hanya bercanda dengannya."
"Maaf, tapi cemburu tanda sayang bukan?"
"Tentu. Cemburu juga tanda takut kehilangan dengan orang yang dicintai. Tapi jangan berlebihan, okay?" ia mengusap rambutku sayang.
"Aku tak tahu, sebelumnya aku tak pernah berlebihan seperti ini." aku memegang tangannya, membawanya dalam pelukkan hangatku.
Aku menyayangimu. Dengan rasa cemburulah tercipta arti bahwa aku sangat tak ingin kehilangan dirimu. Cemburu ini mengajariku, mengajari bagaimana kita saling percaya pada pasangan kita.
< M
t @s� �� ground:white'>"Kau tak perlu menjawabnya." ia
tersenyum padaku lalu mengecup bibirku lembut.Aku terus menatapnya, menatap lekat-leka tiap gerak-geriknya. Ia tertawa senang saat bercanda dengan temanku itu, aku tahu ia hanya temanku dan Flaa hanya bercanda. Tetapi?
Aku mencoba mengalihkan pandanganku ke arah lain, wajahku tak dapat ditutupi lagi hingga Princess menegur Flaa agar menghentikan tingkahnya. Tapi tetap saja Flaa tak mendengarkan Princess, temannya.
Saat pulang aku langsung masuk kedalam ruanganku, melempar tas yang kubawa. 'Aku tak boleh begini!' batinku. Flaa, apa kau menyadarinya jika aku sedang kesal padamu? Apa kau merasakan itu?
-Tok Tok Tok-
(Suara ketukan pintu ruanganku)
Flaa masuk lalu tersenyum padaku, menghampiriku lalu memeluk punggungku. Aku merasakan tangan kecilnya melingkar diperutku. Kurasakan tiap kehangatan yang ia berikan padaku, kupejamkan mataku. Tapi bayangan wajahnya saat itu mengangguku, sangat menganggku. Ku lepaskan tangannya lalu berjalan keluar meninggalkannya dengan wajah yang kebingungan. Ku ambil air dingin agar mendinginkan kepala dan tentunya hatiku.
"Apa ada masalah? Kau bisa cerita padaku Melody!" ujar Flaa yang berdiri didekatku, aku hanya menggeleng.
"Baiklah, akan kuberi kau waktu. Aku akan kembali jika kau siap menceritakannya padaku." ia bergegas masuk ke kamarnya lalu keluar dengan membaca tas dan coatnya.
Ia menutup pintu kasar, aku tersenyum miris. Dan sekarang apa?
-tik tok tik tok-
Suara detikan jam mendominasi didalam ruanganku, gelap sunyi dan senyap. Diluar juga sudah gelap tapi gadis itu tak kunjung pulang, apa ia sedang dengan pria lain!? Jantung ini berdegup kencang, rasa khawatir dan panas menjadi satu. Tapi rasa khawatirku sirna saat ada langkah kaki yang menuju ruanganku.
Pintu pun terbuka, cahaya dari luar mencoba mengintip kedalam ruang gelapku. Hingga cahaya itu bercampur terang saat pencahayaan diruanganku dihidupkan. Ia berjalan mendekat kearah tempat tidurku, berlutut dihadapanku sembari meraih tanganku lalu mengenggamnya.
"Bisa kau ceritakan padaku sekarang?" ia membuka suara setelah beberapa jam lalu tak ada suara selain detikan jam.
"Aku mencoba berfikir sejak pulang tadi, aku menebak-nebak tapi tetap saja. Aku takut tebakanku salah."
"Apa tebakanmu?"
"Kau, cemburu?" ia menatap lekat-lekat wajahku.
"Kau benar."
"Jadi itu masalahnya. Mau kah kau mendengarkanku?" tanya Flaa dan aku mengangguk.
Ia bangkit dari duduknya, ikut duduk disebelahku sembari memegang wajahku.
"Apa kau tahu siapa orang yang teramat sangat ku cintai?" ia menatap mataku.
"Aku."
"Kau sudah tau jawabannya. Dan kau tahu?"
"Apa?"
"Aku milikmu dan kau milikku, mengerti?"
"Aku mengerti, tapi rasa aneh itu terus mengangguku. Panas! Aku terbakar dan aku tak suka itu!" marahku.
Ia menggeleng. "Melody, dengarkan aku. Kita sudah saling percaya satu sama lain bukan?" "Iya aku percaya padamu."
"Aku tahu kau tak sepenuhnya percaya padaku. Cemburu berlebihan itu tak baik, apalagi ia temanmu. Teman dekatmu dan aku hanya bercanda dengannya."
"Maaf, tapi cemburu tanda sayang bukan?"
"Tentu. Cemburu juga tanda takut kehilangan dengan orang yang dicintai. Tapi jangan berlebihan, okay?" ia mengusap rambutku sayang.
"Aku tak tahu, sebelumnya aku tak pernah berlebihan seperti ini." aku memegang tangannya, membawanya dalam pelukkan hangatku.
Aku menyayangimu. Dengan rasa cemburulah tercipta arti bahwa aku sangat tak ingin kehilangan dirimu. Cemburu ini mengajariku, mengajari bagaimana kita saling percaya pada pasangan kita.
'Ini adalah keangkuhanku, sulit bagiku mengatakan aku menyayangimu..'