Forbidden
Love Story 3 : Reality my love.
Aku terbangun dari
tidurku, tak kudapati ia berada disisiku. Aku menompang kepalaku lalu
bersandar, menghembuskan napas perlahan.
Pagi ini sinar matahari tak ada yang berani menerobos masuk keruanganku, gelap lebih mendominasi walaupun ada cahaya yang berani menerobos masuk.
Langkahku membawaku kekamar mandi, aku membasuh wajahku lalu mengambil sikat gigi. Aku tersenyum miris, tak ada lagi sikat gigi miliknya. Tak ada lagi.
Aku membuat sarapanku sendiri dan duduk dimeja sendiri. Aku menatap lotus yang ada ditengah meja, aku terdiam.
Aku berjalan menelusuri jalan, rasa apa ini? Tak ada oksigen yang mengisi paru-paruku, rasanya begitu sesak. Akt jatuh terduduk, ada apa denganku?
Air mataku jatuh begitu saja, orang-orang menatapku dengan keheranan. Entah kenapa ini begitu sesak dan menyakitkan, aku bangkit perlahan sembari memegang dada kiriku yang sesak.
Aku tak tahu selama perjalanan aku terus menangis, tak bisa berhenti begitu saja. Ini bukan kehendakku tapi kehendak hatiku.enggan melupakan sosoknya dan membawa kenangan lalunya yang terpenjara dalam hidupku. Ia seakan pergi membawa semuanya dari diriku, jiwa dan ragaku.
Aku seakan berjalan diatas air, hidup dalam kenyataan yang pahit. Jika ini hanya sebuah mimpi, aku berharap aku segera bangun. Mimpi buruk. Meninggalkan berjuta rasa sakit dan kesedihan yang mendalam. Aku tak bisa mengusir ketakutanku sendiri, aku tak bisa mengusirnya begitu saja dari hidupku. Dia yang pernah singgah dihatiku dan mengisi tiap relung hidupku. Mengisi kesepianku, tapi..
Aku berdiri sendiri disini, sendiri. Tanpamu.
Tak ada lagi jejak tentangmu disini, hanya ada jejakmu yang memenuhi hatiku dan pikiranku.
Aku jatuh terduduk dan menangis sejadi-jadinya, aku tak bisa tanpamu. Aku membutuhkanmu tuk menguatkanku.
Sejenak bayangan tentang dirinya memenuhi ruangan, saat aku membuka mataku kutemukan wajahnya yang damai dalam tidurnya. Dan aku benar-benar menangis saat itu, mimpiku terlalu buruk jika menjadi kenyataan. Sekarang kah waktunya aku belajar tuk menerima kenyataan pahit untuk kedepannya?
Matanya kini menatapku lekat. "Kau tak apa, Star?" tanya Kim yang langsung bangun dari tidurnya lalu mengamati wajahku.
"Aku tak apa." jawabku tenang.
"Mimpi buruk lagi?" ia mengusap air mataku yang membasahi seluruh wajahku.
"Iya." aku menikmati tiap sentuhannya yang membuatku nyaman.
"Tenang, aku ada disini untuk mengusir ketakutanmu." ia mengusap kepalaku mencium keningku lalu mengecup bibirku.
Ia mendekapku dalam tidurnya, melindungi malamku dalam dekapannya.
Pagi ini sinar matahari tak ada yang berani menerobos masuk keruanganku, gelap lebih mendominasi walaupun ada cahaya yang berani menerobos masuk.
Langkahku membawaku kekamar mandi, aku membasuh wajahku lalu mengambil sikat gigi. Aku tersenyum miris, tak ada lagi sikat gigi miliknya. Tak ada lagi.
Aku membuat sarapanku sendiri dan duduk dimeja sendiri. Aku menatap lotus yang ada ditengah meja, aku terdiam.
Aku berjalan menelusuri jalan, rasa apa ini? Tak ada oksigen yang mengisi paru-paruku, rasanya begitu sesak. Akt jatuh terduduk, ada apa denganku?
Air mataku jatuh begitu saja, orang-orang menatapku dengan keheranan. Entah kenapa ini begitu sesak dan menyakitkan, aku bangkit perlahan sembari memegang dada kiriku yang sesak.
Aku tak tahu selama perjalanan aku terus menangis, tak bisa berhenti begitu saja. Ini bukan kehendakku tapi kehendak hatiku.enggan melupakan sosoknya dan membawa kenangan lalunya yang terpenjara dalam hidupku. Ia seakan pergi membawa semuanya dari diriku, jiwa dan ragaku.
Aku seakan berjalan diatas air, hidup dalam kenyataan yang pahit. Jika ini hanya sebuah mimpi, aku berharap aku segera bangun. Mimpi buruk. Meninggalkan berjuta rasa sakit dan kesedihan yang mendalam. Aku tak bisa mengusir ketakutanku sendiri, aku tak bisa mengusirnya begitu saja dari hidupku. Dia yang pernah singgah dihatiku dan mengisi tiap relung hidupku. Mengisi kesepianku, tapi..
Aku berdiri sendiri disini, sendiri. Tanpamu.
Tak ada lagi jejak tentangmu disini, hanya ada jejakmu yang memenuhi hatiku dan pikiranku.
Aku jatuh terduduk dan menangis sejadi-jadinya, aku tak bisa tanpamu. Aku membutuhkanmu tuk menguatkanku.
Sejenak bayangan tentang dirinya memenuhi ruangan, saat aku membuka mataku kutemukan wajahnya yang damai dalam tidurnya. Dan aku benar-benar menangis saat itu, mimpiku terlalu buruk jika menjadi kenyataan. Sekarang kah waktunya aku belajar tuk menerima kenyataan pahit untuk kedepannya?
Matanya kini menatapku lekat. "Kau tak apa, Star?" tanya Kim yang langsung bangun dari tidurnya lalu mengamati wajahku.
"Aku tak apa." jawabku tenang.
"Mimpi buruk lagi?" ia mengusap air mataku yang membasahi seluruh wajahku.
"Iya." aku menikmati tiap sentuhannya yang membuatku nyaman.
"Tenang, aku ada disini untuk mengusir ketakutanmu." ia mengusap kepalaku mencium keningku lalu mengecup bibirku.
Ia mendekapku dalam tidurnya, melindungi malamku dalam dekapannya.