Forbidden
Love Story 2 : Sebuah keraguan.
"All this time your
heart still love me, but everythings change. Doubt."
Jika aku bisa memutar waktu mungkin aku akan memperbaiki kesalahanku saat ini yang telah membuat seseorang yang dulu mencintaiku menjadi ragu akan perasaannya padaku saat ini. Tapi jika aku tak mengalami ini aku tak akan sadar bahwa aku terus menyakitinya.
"Aku dapat merasakan rasa sakit dan rasa lelahmu selama ini." ujarku padanya.
"Lalu?" tanya Kim.
"Aku mulai tak kuat dan lelah akan semua ini." aku menghembuskan napas perlahan.
"Kau baru-baru ini bukan? Dan aku sudah sangat lama merasakan itu. Kau lebih memilihnya dan menyingkirkanku. Kau menghabiskan waktumu bersamanya dan mengabaikanku. Bahkan perasaanmu lebih jelas dengannya dari pada denganku. Apalagi kau sangat menjaga perasaannya dan membuatku makin tersakiti. Aku masih bisa bertahan sampai saat ini bukan? Aku bertahan untukmu." jelas Kim.
Aku menangis, menangis karena tak sanggup jika tahu ia telah menyayangi orang lain selain diriku. "Perasaanmu saat ini masih sama?" tanyaku padanya.
"Entahlah aku tak tahu pasti perasaanku saat ini, terlalu banyak luka." jawab Kim yang masih sibuk membaca Novel tanpa mengetahuiku sedang menangis.
"Apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Kim tiba-tiba.
"Perasaan bersalah yang mendalam, menyesal tentunya dan takut." jawabku tenang walau air mataku terus mengalir.
"Kenapa begitu dalamnya perasaan bersalahmu? Penyesalan memang datang diakhir cerita. Dan apa yang kau takutkan?"
"Karena terus menyakitimu, karena membuat orang yang dulunya mencintaiku kubuat meragukan perasaannya dan takut kau pergi meninggalkanku." aku masih dalam posisiku yang tengah duduk membelakanginya, disofa.
"Jangan takut, aku tak akan pergi meninggalkanmu walaupun dulu kau sering mengancam akan pergi meninggalkanku." Kim tetap tenang dan aku semakin kalut dengan perasaanku.
'Kim, kau membuatku sangat sedih dan binggung.' ujarku dalam hati.
'Kim apa dihatimu sudah ada wanita lain yang tengah duduk manis disinggahsana hatimu?'
'Kim, aku sangat binggung. Binggung sikapmu berubah padaku. Mungkin ini karma..'
'Kim..aku mencoba merubah sikapku padamu dan aku menyeimbangi moodmu. Tapi itu membuatku menjadi serba salah. Kau berubah terlalu jauh sama halnya seperti aku dulu.'
'Kim, kau kini lebih sibuk diluar dan meninggalkanku sendiri. Kau sibuk dengan duniamu yang baru? Atau orang baru?'
'Kim, aku menerima kenyataan pahit yang tak dapat kuterima. Aku terus berfikir dan berfikir, kau membuatku berfikir keras akan perasaanmu. Kau membingunggkanku.'
'Kim, aku lelah. Aku tak kuat menerima semua kenyataan yang kuketahui baru-baru ini..'
'Kim, semua ini salahku! Andai aku tak membiarkan waktumu tuk menyayangi orang lain. Andai aku tak membiarkanmu dengan orang lain!'
'Kim, aku diberi pilihan oleh teman-teman dekatku tapi aku tak dapat memilih.'
'Melepasmu atau melepas Jo?'
'Kim, aku sedang menekan perasaanku agar tak sesakit ini dan sekacau ini. Aku menekannya sekuatku.'
Jika aku bisa memutar waktu mungkin aku akan memperbaiki kesalahanku saat ini yang telah membuat seseorang yang dulu mencintaiku menjadi ragu akan perasaannya padaku saat ini. Tapi jika aku tak mengalami ini aku tak akan sadar bahwa aku terus menyakitinya.
"Aku dapat merasakan rasa sakit dan rasa lelahmu selama ini." ujarku padanya.
"Lalu?" tanya Kim.
"Aku mulai tak kuat dan lelah akan semua ini." aku menghembuskan napas perlahan.
"Kau baru-baru ini bukan? Dan aku sudah sangat lama merasakan itu. Kau lebih memilihnya dan menyingkirkanku. Kau menghabiskan waktumu bersamanya dan mengabaikanku. Bahkan perasaanmu lebih jelas dengannya dari pada denganku. Apalagi kau sangat menjaga perasaannya dan membuatku makin tersakiti. Aku masih bisa bertahan sampai saat ini bukan? Aku bertahan untukmu." jelas Kim.
Aku menangis, menangis karena tak sanggup jika tahu ia telah menyayangi orang lain selain diriku. "Perasaanmu saat ini masih sama?" tanyaku padanya.
"Entahlah aku tak tahu pasti perasaanku saat ini, terlalu banyak luka." jawab Kim yang masih sibuk membaca Novel tanpa mengetahuiku sedang menangis.
"Apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Kim tiba-tiba.
"Perasaan bersalah yang mendalam, menyesal tentunya dan takut." jawabku tenang walau air mataku terus mengalir.
"Kenapa begitu dalamnya perasaan bersalahmu? Penyesalan memang datang diakhir cerita. Dan apa yang kau takutkan?"
"Karena terus menyakitimu, karena membuat orang yang dulunya mencintaiku kubuat meragukan perasaannya dan takut kau pergi meninggalkanku." aku masih dalam posisiku yang tengah duduk membelakanginya, disofa.
"Jangan takut, aku tak akan pergi meninggalkanmu walaupun dulu kau sering mengancam akan pergi meninggalkanku." Kim tetap tenang dan aku semakin kalut dengan perasaanku.
'Kim, kau membuatku sangat sedih dan binggung.' ujarku dalam hati.
'Kim apa dihatimu sudah ada wanita lain yang tengah duduk manis disinggahsana hatimu?'
'Kim, aku sangat binggung. Binggung sikapmu berubah padaku. Mungkin ini karma..'
'Kim..aku mencoba merubah sikapku padamu dan aku menyeimbangi moodmu. Tapi itu membuatku menjadi serba salah. Kau berubah terlalu jauh sama halnya seperti aku dulu.'
'Kim, kau kini lebih sibuk diluar dan meninggalkanku sendiri. Kau sibuk dengan duniamu yang baru? Atau orang baru?'
'Kim, aku menerima kenyataan pahit yang tak dapat kuterima. Aku terus berfikir dan berfikir, kau membuatku berfikir keras akan perasaanmu. Kau membingunggkanku.'
'Kim, aku lelah. Aku tak kuat menerima semua kenyataan yang kuketahui baru-baru ini..'
'Kim, semua ini salahku! Andai aku tak membiarkan waktumu tuk menyayangi orang lain. Andai aku tak membiarkanmu dengan orang lain!'
'Kim, aku diberi pilihan oleh teman-teman dekatku tapi aku tak dapat memilih.'
'Melepasmu atau melepas Jo?'
'Kim, aku sedang menekan perasaanku agar tak sesakit ini dan sekacau ini. Aku menekannya sekuatku.'
'Kim, aku ingin marah. Marah karena mendapat
kenyataan ini, dan ingin menangis. Tapi tak bisa, aku tak bisa marah dan
menangis..'
'Tapi bisa kau lihat sekarang Kim, aku menangis. Aku benar-benar lelah menebak-nebak tentang perasaanmu.'
'Aku tak dapat tidur aku terjaga karena tak berhenti memikirkanmu itu terus membuat dadaku semakin sesak..'
'Aku tak bisa bernafas..'
'Rasanya aku ingin mati kau buat..'
'Aku ingin bisa memejamkan mataku walaupun sebentar saja..'
'Kau mulai jarang kan pulang kerumah? Dan aku sendiri tanpamu, aku sepi..'
'Kim, aku terkadang tak ada disaat kau membutuhkanku dan sekarang?'
'Kau tak ada saat kubutuhkan..'
'Aku membutuhkan bahu atau sekedar pelukan untuk menenangkanku..'
'Ia ada tuk menenangkanku tapi itu hanya sesaat karena aku lebih memilih pulang dan menunggumu.'
'Kim, apa kau tak dapat menjaga hatimu untukku?'
'Untukku yang tak dapat menjaga hatiku untukmu..'
'Kim, apa kita saling berkhianat satu sama lain?'
'Aku tahu aku buruk,maafkan aku'
'Tapi bisa kau lihat sekarang Kim, aku menangis. Aku benar-benar lelah menebak-nebak tentang perasaanmu.'
'Aku tak dapat tidur aku terjaga karena tak berhenti memikirkanmu itu terus membuat dadaku semakin sesak..'
'Aku tak bisa bernafas..'
'Rasanya aku ingin mati kau buat..'
'Aku ingin bisa memejamkan mataku walaupun sebentar saja..'
'Kau mulai jarang kan pulang kerumah? Dan aku sendiri tanpamu, aku sepi..'
'Kim, aku terkadang tak ada disaat kau membutuhkanku dan sekarang?'
'Kau tak ada saat kubutuhkan..'
'Aku membutuhkan bahu atau sekedar pelukan untuk menenangkanku..'
'Ia ada tuk menenangkanku tapi itu hanya sesaat karena aku lebih memilih pulang dan menunggumu.'
'Kim, apa kau tak dapat menjaga hatimu untukku?'
'Untukku yang tak dapat menjaga hatiku untukmu..'
'Kim, apa kita saling berkhianat satu sama lain?'
'Aku tahu aku buruk,maafkan aku'
'Kim, sebenarnya aku cukup
kuat agar tak menangis. Aku cukup kuat menahan sakit ini sendiri. Tapi, aku
kembali seperti dirimu..'
'Menangis karena terlalu lelah, kesabaranmu terus teruji dan juga kesetiaanmu. Sakitnya kau rasakan sendiri..'
'Aku merasakan itu sekarang, Kim. Aku merasakannya, aku menangis untukmu seperti kau menangis untukku.'
'Entah berapa lama lagi aku bertahan dalam siksaan ini. Seperti kau yang bertahan dalam siksaanku.'
'Berapa lama lagi aku merasakan sakit ini? Selama kau menahan sakit karenaku.'
'Kim aku mencoba memperbaiki kesalahanku yang kuperbuat padamu.'
'Kim, aku akan belajar lebih tegar. Melepasmu..'
'Tapi apa aku sanggup tanpamu?'
'Apa aku sanggup menghadapi kenyataan ini sendiri?'
'Apa aku sanggup menerima setiap kenyataan pahit tentang dunia ini?'
'Kau masih membutuhkanku? Yang jelas aku masih sangat membutuhkanmu.'
'Bisakah kau tetap disisiku selagi kita masih saling membutuhkan.'
'Maafkan aku yang pernah mengkhianatimu, maafkan aku yang mengkhianati kesetiaanmu, maafkan aku yang mengakhiri kesabaranmu.'
'Maafkan aku telah menodai semuanya dengan keburukanku..'
Aku menangis tak henti-henti sampai dadaku benar-benar sesak dan tak dapat bernapas. Isakanku juga mulai terdengar jelas. Tapi pergulatan batinku tak kunjung usai.
"Star?" Kim memanggilku.
"Hm?" aku menyaut dengan nada yang masih bergetar.
"Kau tak apa?" nadanya terdengar khawatir.
Aku sungguh tak kuasa, aku berbalik dan memeluknya. Kembali menumpahkan semuanya dipelukkannya.
"Maafkan aku, maafkan aku.." gumamku padanya.
"Tenanglah, aku ada disini bersamamu. Tenanglah~" ia membalas pelukanku dan mengusap punggungku, menenangkanku dan membuatku lebih nyaman.
"Maaf aku pernah membuatmu tak nyaman bersamaku." ujarku lagi dalam tangisanku.
"Menangislah sepuasmu, dan setelah itu jadilah yang lebih baik dari sebelumnya”
'Menangis karena terlalu lelah, kesabaranmu terus teruji dan juga kesetiaanmu. Sakitnya kau rasakan sendiri..'
'Aku merasakan itu sekarang, Kim. Aku merasakannya, aku menangis untukmu seperti kau menangis untukku.'
'Entah berapa lama lagi aku bertahan dalam siksaan ini. Seperti kau yang bertahan dalam siksaanku.'
'Berapa lama lagi aku merasakan sakit ini? Selama kau menahan sakit karenaku.'
'Kim aku mencoba memperbaiki kesalahanku yang kuperbuat padamu.'
'Kim, aku akan belajar lebih tegar. Melepasmu..'
'Tapi apa aku sanggup tanpamu?'
'Apa aku sanggup menghadapi kenyataan ini sendiri?'
'Apa aku sanggup menerima setiap kenyataan pahit tentang dunia ini?'
'Kau masih membutuhkanku? Yang jelas aku masih sangat membutuhkanmu.'
'Bisakah kau tetap disisiku selagi kita masih saling membutuhkan.'
'Maafkan aku yang pernah mengkhianatimu, maafkan aku yang mengkhianati kesetiaanmu, maafkan aku yang mengakhiri kesabaranmu.'
'Maafkan aku telah menodai semuanya dengan keburukanku..'
Aku menangis tak henti-henti sampai dadaku benar-benar sesak dan tak dapat bernapas. Isakanku juga mulai terdengar jelas. Tapi pergulatan batinku tak kunjung usai.
"Star?" Kim memanggilku.
"Hm?" aku menyaut dengan nada yang masih bergetar.
"Kau tak apa?" nadanya terdengar khawatir.
Aku sungguh tak kuasa, aku berbalik dan memeluknya. Kembali menumpahkan semuanya dipelukkannya.
"Maafkan aku, maafkan aku.." gumamku padanya.
"Tenanglah, aku ada disini bersamamu. Tenanglah~" ia membalas pelukanku dan mengusap punggungku, menenangkanku dan membuatku lebih nyaman.
"Maaf aku pernah membuatmu tak nyaman bersamaku." ujarku lagi dalam tangisanku.
"Menangislah sepuasmu, dan setelah itu jadilah yang lebih baik dari sebelumnya”
“Maafkan aku membuat
simpatimu hilang, maafkan aku membuat kau illfeel padaku, maafkan aku Kim..
maafkan aku..”
Kim menghembuskan napasnya
perlahan, menyeimbangi dadanya yang mulai terasa sesak.