-->
Your Blog Image

Another Forbidden Story "Rapuh"


Rapuh

"Entah apa jadinya jika bunga mawar yang tajam itu melukaimu, tapi mawar itu layu terlebih dulu sebelum bisa menusuk dan menyakitimu.."

Dalam suatu hubungan pasti ada disaat ambang kehancuran, ada juga mereka tetap bersatu mempertahankannya.

Tuhan, jika boleh aku ingin terus bersamanya walau kutahu ini tak mungkin.

Kembali aku menatap malaikat kecilku yang tengah tertidur pulas, wajahnya terlihat damai tapi hatinya tak sedamai yang kalian lihat.

Kupandang foto pigora yang menampakkan dua orang insan dengan wajah bahagia saling mengasihi, menunjukkan berjuta rasa cinta diraut wajah mereka. Aku tersenyum memandang foto itu; foto kami.

Ini sudah pukul 6 pagi, sudah waktunya aku membangunkannya.

Ku-usap puncak kepalanya, lalu kucium keningngnya.

"Darl~ got up. Didn't you wont came late agian?" ujarku lembut.

Ia mulai membuka matanya, bangun lalu memelukku. Pelukan mesra dipagi hari, kuberi kecupan dibahunya.

Aku suka, sangat suka jika pagi hari datang dan selalu menyuguhiku dengan hal yang membuatku sangat nyaman ini.

"Sudah kusiapkan sarapan, bergegaslah." perintahku, tapi ia enggan melepas pelukkanku malah mempererat pelukkannya.

"Biarkan begini, sebentar lagi.." pintanya.

Beberapa saat kami tetap seperti ini, aku bahagia. Sangat bahagia, ia bangkit berjalan menuju kamar mandi.

Saat ia kembali ia tampak begitu segar dan cantik. Kami pun sarapan bersama, aku bersiap mengantarkannya ketempat kuliahnya.

Dengan senang hati aku melakukan hal yang sama setiap harinya. Sampai saat lelaki itu menghubungi Hana-ku, kami kembali diambang kehancuran.

"Ia sudah pulang, ia datang menjemputku."

"Hm.."

"Aku akan menemaninya, menginap bersamanya beberapa hari."

"Baiklah, hati-hati ne~ kau sangat merindukannya bukan?"

"Tentu. Aku teramat-sangat merindukannya."

"Baguslah, manfaatkan waktumu baik-baik bersamanya. Selamat bersenang-senang."

"Ne Oppa, gomapta~"

Air mataku berlinang deras, rasa sesak didadaku begitu menyiksaku. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Yang hanya bisa kulakukan saat ini adalah, menangis. Ya, menangis karena marah, menangis karena bersedih, menangis karena sakit. Rasa itu bercampur menjadi satu membuat sekujur tubuhku ngilu karena kesakitan. Hanya isakkan tangisku yang terdengar jelas diruangan ini.

*******

Waktu seakan berjalan amat lamban, menyiksaku tiap detiknya. Kesendirianku, kesepianku bukanlah jadi masalah; kepergiannyalah yang menjadi masalah sangat besar.

Malam terasa sunyi, angin malam menusuk tiap sendi-ototku, tak ada kehangatan malam ini. Tak ada senyumannya yang membuatku cukup hangat. Kini aku hanya duduk disudut ruanganku, bersandar lesu.

Kupejamkan mataku pelan, menarik nafas dalam-dalam.

Senyuman itu, bibirnya mengexpresikan apa saja yang tergambar dari hatinya. Rengekan manja itu..
Amarahnya yang meledak-ledak itu membuatnya tampak cantik, pada waktunya. Amarahnya dapat kuatasi dengan kata-kata "Aku mencintaimu" dan kecupan mesra dibibirnya dapat membuat reda amarahnya. Aku tertawa mengingat semua itu, air mataku kembali menetes. Kuusap pelipis mataku. Kuhentikan tangisanku, mencoba lebih tegar.

Aku bangkit, menuju ruang makan. Menyiapkan makan malam sendiri, duduk sendiri tanpa ada yang menemani.

"...Malam ini sang Kaktus tengah bersembunyi dari Bulan, bersembunyi dibalik bayangan gelap..."

*****

Ini hari keduaku tanpa hadirnya. Tak kusambut paginya, tak ia sambut pagiku pula. Semalaman aku hanya duduk terdiam dikursi sembari meraup wajah, terjaga.

Garis hitam dilingkar mataku tampak jelas, sekilas aku menoleh keranjang. Tak ada ia disana.

Tubuh mungilnya yang biasa kutindih itu tak tampak, tubuh kecil yang selalu memberikan kehangatan dipagi hari itu tak terasa dalam pelukkanku.

Aku pun memilih beranjak menuju kamar mandi, membersihkan diri. Meluruhkan tangisan malam dan kesepianku, membuatku lebih segar.

Saat kutatap kaca besar diwastafel aku melamun, menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.

Kupejamkan kedua mataku, kurasakan jemari kecilnya memeluk erat perutku dari belakang, pelukan yang hangat.

Kutarik nafasku dalam-dalam, aku mendongakkan kepala. 'Itu hanya bayanganmu saja Tae Gyun-ah' batinku.

Kutumpuh tubuhku, menunduk dalam-dalam. 'Sampai kapan bayangannya akan terus menggangguku?' batinku lagi.

Tak kuhiraukan, kubergegas tuk menjalani hari ini tanpanya.

Segera aku berangkat kerja, meninggalkan Apartemenku yang suram tanpanya.

*****

Tiba-tiba ponselku berdering.

"Oppa~" suara dari orang yang sangat kurindukan ini terdengar sangat bahagia.

"Ne, darl?" jawabku dengan senyuman kaku.

"Apa kau baik-baik saja disana?" ia menampakkan kekhawatirannya.

"Kau sudah tau jawabannya chagi, kau sudah tau pasti jawabannya." jawabku lesu.

"Humm arrata, aku tak tau akan seberapa lama dengannya.." ujarnya pelan.

"Ne~ aku sudah tau itu chagi~ Apa kabarmu dengan dia?" tanyaku yang sok memperhatikan hubungan mereka.

"Kami baik-baik saja melewati hari bersama dengan malam yang berakhir sangat indah." jawabnya riang Jawaban yang tentu menyakitkan buatku.

"Baiklah kau terlihat sangat bahagia, apa ia sangat hebat mencubuimu~?" ejekku, walau kutahan rasa sakitku.

"Ah ayolah oppa, jangan bertanya seperti itu. Aku tak sedang ingin mempermasalahkan hal itu, aku hanya ingin mengatakan aku merin-.."

'Hana babe, kau menelepon siapa? Ayo cepat mandi, sudah kusiapkan sarapan untukmu. Bergegaslah aku akan mengajakmu ke kebun binatang'

"Aku sedang menelepon seseorang, ne oppa~" jawab Hana-ku yang dapat kudengar.

"Bergegaslah, kau tak mau bukan ia marah karena menunggumu meneleponku." perintahku, aku memegang dada kiriku menahan rasa sesak yang teramat sangat menyiksaku.

"Hm ne oppa, aku tutup ne." ia pun menutup teleponnya.

Aku meletakkan ponselku, tak dapat kurasakan apa-apa lagi. Kupejamkan mataku, kubiarkan rasa sakit itu menjalar keseluruh tubuhku untuk beberapa waktu.

Segera aku bangkit dari kursi kerjaku, keluar dari ruanganku.

"Cancel untuk semua meeting hari ini, aku akan keluar." Perintah ku pada sekertarisku.

Kupacu mobilku pelan, entah aku tak tahu harus kemana. Aku tak memiliki tujuan.

Kuikuti saja jalanan, kutelusuri tanpa arah tapi entah kenapa aku tiba ditujuan yang tadi aku dengar mereka akan kesini.

Apa yang membawaku kesini?

Segera kuparkir mobilku, kurapikan kemeja dan blezer simple yang kukenakan. Lalu mengantri diloket dan masuk saat ku sudah mendapatkan tiketnya.

Cafetaria Zoo, itu pemberhentianku yang pertama. Kupesan Coffe Latte lalu berjalan mencari bangku kosong yang bisa kududuki karena tempat ini cukup ramai.

Mataku menatap seseorang yang sudah sangat kuhafal, ia dengan seseorang. Seseorang yang entahlah seperti apa kalian menafsirkannya.

Mereka tampak begitu serasih dan sangat mesra. Dan aku yakin semua mata memandang mereka iri, begitu pun aku. Lama aku berdiri memandangi mereka, ya.. Like a fool man.

Apa ia tak merasakan kehadiranku?

Bingo!

Tatapan mata kami bertemu, aku langsung berjalan menatap lurus kedepan.

BYURRR

BUGHHH
Orang didepanku melotot padaku, aku menumpahkan Coffe Latteku dipakaiannya dan ia menumpahkan makanannya dipakaianku.

"Apa kau tak punya mata tuan!?" ujarnya geram.

"Maaf" ujarku datar.

"Kau membuat makananku jatuh dan mengotori pakaianku!" pria itu mulai menunjuk-nunjuk wajahku, aku mulai tak suka dengan pria ini.

"Kau pun melakukan hal yang sama padaku, jadi cukup impas." jawabku padanya sambil menatap tajam matanya.

"DASAR ANAK SIALAN!!!" ia mulai berteriak dan menarik kerah kemejaku.

"Aku memang anak sialan.." ujarku lirih.

Aku merasakan pukulan diwajahku, entahkenapa aku membiarkan pria itu memukuliku. Memukuliku diperut dan tepat didada kiriku, Jantungku.

DEG

"BERHENTI!!!! KAU BERENGSEK TUAN, TEGA-TEGANYA KAU MEMUKUL SEORANG WANITA!!!!" suara itu, ia masih memperdulikanku?

Mataku mulai berkunang-kunang, telingaku mulai tak bisa mendengar, Jantungku seakan mau berhenti.

"Tae Gyun-ah sadarlah! Tae Gyun.." panggil gadisku.

"Cepat tolong temanmu itu, aku akan mengurus pria ini." perintah seorang namja.

"Ne Oppa" jawab gadisku.

"Tae Gyun-ah sadarlah, aku berada disini untukmu.." bisiknya lirih.

Aku mencoba menarik kembali nyawaku yang sempat hilang. Kembali, aku cukup sadar. Semua orang mengerubungiku seakan ikut prihatin dan tak percaya jika aku seorang yeoja.

Apa aku tampak sempurna seperti namja?

Dibantunya aku bangkit lalu kami menuju ruang kesehatan yang ada. Hana-ku menatapku lesu.

"Apa yang kau lakukan disini Oppa?"

Aku terdiam, malas menjawab.

"Ck. Baiklah, lepaskan bajumu."

"Tidak usah biarkan begini."

"Lepas!" nadanya mulai menyakiti pendengaranku.

Kulepas blezer dan kemeja yang kukenakan. "Lalu? Apa aku akan keluar seperti ini? Aku akan tampak bodoh!" ujarku padanya yang hanya mengenakan breast binder.

Dikeluarkannya sesuatu didalam tasnya. Ia memakaikan sweeter padaku.

"Ku obati lukamu.." ia mengeluarkan lagi kotak kecil didalam tasnya.

Jemarinya menyentuh wajaku, mengoleskan gel keluka yang memenuhi wajahku. Mataku tak pernah luput dari memandanginya.

"Wajahmu terlihat jelek sekali karena luka-luka ini." bisiknya pelan, tak ku gubris.

Biarkan aku menatap gadisku yang telah lama kurindukan, biarkan aku larut dalam kerinduanku. Dan biarkan aku menatap nyata sosok dihadapanku.

******

".... Kaktus kecil, kau terlihat cerah sekali hari ini, matahari menyinari dirimu dibalik jendela kaca itu. Kaktus ikut tersenyum; senang...."

*******

"Selesai!" ujarnya.

KLEK

"Hana-ya, apa sudah selesai?" tanya seorang namja yang sudah amat ku kenal suaranya.

"Eum.. Masuklah Oppa." jawab Hana-ku. Kutatap matanya, berharap ia mengerti keadaanku.

"Kau sudah baikan Tae Gyun-sshi?? Kuharap jawabannya sudah." pria itu tersenyum tulus.

Hana-ku bersembunyi dibalik bahu besar pria itu. Menatapku dengan tatapan yang, okay dia memintaku agar lebih ramah pada namjanya.

"Ia aku merasa cukup baik, Kamsahamnida Hana-sshi" ucapku.

"N..ne~" jawab Hana gugup.

"Kalau kau sudah merasa baikan bagaimana kalau kita pergi bersama-sama?" ajak namja itu, Shim Changmin.

"Ahh? Pergi bersama?" kaget Hana-ku.

"Iya, karena ia temanmu. Itu bukan jadi masalah kan?"

Hana menatapku sedih.

Apa ia mengerti perasaanku saat ini?

"Baiklah, ayo.." itu jawaban yang keluar dari bibirku.

******

Kami berjalan bersama, bisa dibayangkan berjalan dengan sang kekasih dan sang kekasihnya membawa kekasih sejatinya.

Mereka berjalan berdia bergandengan tangan, Hana bergelayut manja pada namja itu.

"Bagaimana kalau kita naik gajah bersama?" ajak Changmin ramah.

"Aku tidak usah, kalian berdua saja. Aku menunggu disini." aku tersenyum pada Changmin.

Changmin pun pergi mengantri di loket tiket.

Kini kami berdua, menunggu.

"Kuharap kau bersenang-senang dengannya.." ucapku padanya tanpa menoleh.

"Apa maksudmu Tae Gyun-ah?"

"Nikmati waktu bersamanya, anggap aku tak ada. Itu adalah sebuah perintah." ujarku tegas padanya.

"Apa aku harus Tae Gyun-ah?" tanyanya geram.

"Harus!" aku menguatkan diriku.

Ia berjalan menuju Changmin dan menghambur pelukan.

"Kau sudah mendapatkan tiketnya Oppa?"

Changmin menunjukkan tiket.

"Ayo kita segerah naik gajah!" ujar Hana-ku girang.

Kulihat wajahnya tampak sangat bahagia, tawanya terdengar jelas ditelingaku.

Kami melanjutkan berjalan bersama, melihat beruang lalu berfoto bertiga bersama. Aku mencoba tersenyum, walau tampak sangat kaku.

Dilanjutkan berfoto ceria dengan penguin, lalu ke Aquarium ikan dan menjelajahi tempat lainnya sembari terus berfoto. Berdua, bertiga, ataupun sendiri.

Setelah usai aku lebih memilih segera kembali kekantor, masih pukul 5 sore.

"Aku akan kembali kekantor, kalian bersenang-senanglah."

"Ne gomapta telah ikut menemani kami hari ini." Changmin menjabat tanganku.

*****

Aku duduk bersandar dikursi kerjaku, memejamkan mata.

Aku sangat hebat bukan bisa menahan semua rasa sakitku?

Kembali, kubiarkan rasa sakit itu menjalar keseluruh tubuhku.

"....Kau kembali bersembunyi dibalik bayangan, membiarkan rasa sakit dan takutmu menjalar.."

******

"Jemput aku di Airport Incheon."

Bergegas aku menyelesaian rapat hari ini yang sebelumnya sempat tertunda.

Segera aku berangkat menuju Airport, seperti perintah dari pesan singkat itu.

Saat sampai aku bergegas mencarinya diarea keberangkatan. Saat mataku sudah menangkap sosoknya, disana ada sosok lain.

Aku bersembunyi, tapi mataku tetap memperhatikan mereka.

Hana-ku memeluk erat namja itu, namja itu memberi kecupan sayang dipuncak kepala gadisku.

Mereka berciuman mesra seakan tak memperdulikan pandangan orang lain dan juga pemberitahuan jika Pesawat menuju Japan akan segera lepas landas.

Ciuman yang terlihat manis. Namja itu mencium kening gadisku cukup lama. Gadisku mengenggam tangan namja itu, enggan melepaskan kepergian namjanya itu. Tapi namja itu menguatkan gadisku.

Mereka pun berpisah, sambil melambaikan tangan satu sama lain.

Kurasa kesendirianku berakhir, tapi tidak dengan rasa sakitku.

Hana-ku berjalan lesu menuju ke arahku.

"Ayo pulang." Ajaknya padaku.

Aku berjalan dibelakangnya, mengikuti langkah pelannya. Kuamati tubuh kecil gadisku yang terlihat agak 'hancur'. Hahaha lihatlah, betapa hebatnya rasa sakit ini yang terus menyerangku.

Ia sudah duduk manis, ia memangku dompet dan ponselnya. Dibukanya kaca jendela membiarkan angin masuk menerbangkan rambutnya.

Bercak merah tampak memenuhi lehernya, bahkan bahu dan lengannya juga tak luput dari bercak merah kebiruan itu.

"Malammu hebat bersamanya?" tanyaku membuka pembicaraan.

Ia tak menjawab hanya menatap ke awan, menatap pesawat yang baru saja lepas landas.

"Bukannya kau bilang ia akan menginap disini lebih lama?" entahkenapa aku terus menanyai tentang namja itu.

"Kliennya meneleponnya.." jawabnya lesu.

"Lalu?"

"Kami bermain sampai pagi sebelum ia pulang. Aku akan sangat merindukannya.."ujarnya lirih.

Saat ia larut akan kesedihannya, aku larut dalam kesakitanku.

Rasa sakit yang tak pernah bisa hilang.

Kulihat ponselnya menyala, ada 1 MMS masuk.

Segera ia menyeka air matanya. Kulihat senyum dibibirnya mengembang menampakkan deretan gigi kelincinya dengan bahagia.

"Kau tampak senang?" tanyaku yang langsung ditunjukkan sebuah foto dimana Changmin berpose lucu disana dan ada tulisan 'Im always missing you, my Hana'

Aku tersenyum menutupi rasa sakitku yang semakin menjadi. Ia kembali hanyut dalam dunianya sendiri, mengedarkan matanya kejalanan ramai kota.

Sampai kapan ia akan terus bernaung didunia mereka?

Lama aku mengemudi dalam keheningan kami pun tiba di Apartemen kami. Ia masuk lalu terduduk ditepi ranjang, aku berdiri menatapnya.

"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanyaku padanya.

Ia bangkit dari duduknya, menuju kamar mandi. Dibasuh wajahnya menyegarkan diri. Ia kembali lalu duduk kembali.

"Sampai kapan kau akan terus diam seperti ini!?" aku mulai tampak kesal.

"Aku lelah..." jawabnya lemah.

"Istirahatlah." perintahku.

Hening.

"Aku lelah dengan semua ini." bisiknya pelan.

Aku tersenyum. "Apa menurutmu aku tak lelah dengan semua ini!?"

"Jika kau lelah berhentilah.." ujarnya bersamaan denganku.

"Aku sudah sangat tahu itu!" ucapku lagi.

"Jika kau tahu kenapa tak kau lakukan?"

"Walaupun aku sangat lelah, bahkan benar-benar lelah aku tak pernah ingin beranjak sedikit pun dari tempatku.."

"Lakukan saja, aku tahu kau sangat lelah.." pintanya.

"Selelah apapun itu, aku terus berdiri. Disini. Disampingmu, menunggumu.. Tak ada niat sedikit pun beranjak darimu.."

"Walau aku sudah sangat jauh darimu?"

"Walau kau sudah sangat jauh dariku aku tetap disini, berdiri di tempatku."

"Lupakanlah aku Tae Gyun-ah!"

"Tak semudah itu aku bisa menuruti tiap perintahmu! Tak ada niat dariku untuk melupakanmu, bahkan meninggalkanmu.."

"Hentikan semua omong kosongmu itu!!" teriaknya padaku.

"Aku menerima setiap perlakuanmu padaku. Memakiku, menghinaku, memukulku sekuat tenagamu, bahkan kau sangat memandangku rendah tak ada harga diriku dimatamu. Walau kau melakukan itu terus menerus aku masih bias bertumpuh dengan lututku, walau kau ingin aku terjatuh dan lebih jatuh lagi kau buat."

Ia terdiam, pandangannya kosong.

"Hidupku tak memiliki arah tujuan yang jelas, sampai kau datang dan menuntunku keberbagai tujuan baikku dimasa depan. Kau menyetirku dengan sangat baik, Hana-ya." lanjutku.

"Kau tahu bukan hubungan ini tak akan pernah lancar!? Kau tahu itu Tae Gyun-ah!!!" matanya berkaca-kaca.

"Aku tak peduli! Apa yang kurang dariku Hana-ya!!! Aku sudah cukup sempurna seperti seorang lelaki!" teriakku padanya.

Ia mendekat memukuli dadaku, air matanya mulai berjatuhan membasahi pipinya.

"K-kau tak se-sempurna itu Tae Gyun-ah.." ia menggeleng dan terus memukuliku.

"Walau kau operasi payudara! Walau kau operasi transgender itu tak merubahmu sama sekali! Penampilanmu boleh terlihat lelaki, tidak didalammu Tae Gyun-ah!!!" ia menangis terus memukuliku.

"Apa yang kurang Hana! Apa!? Katakan padaku!!! Apa kau kurang puas dengan milikku!? Apa ia tak membuatmu puas!?" aku meremas lengannya sembari menatap ia, sangat marah.

Ia menggeleng. "Bukan itu Tae Gyun-ah! Bukan itu.." jawabnya lirih.

"Lalu apa Hana! Apa!? Katakan!" aku meninggikan nada suaraku, meneriaki wajahnya dan bersikap kasar.

"Walau aku menganggapmu seperti namja, tapi.." ia semakin menangis.

"TAPI APA HANA! KATAKAN!!!" aku mulai mengguncang tubuhnya kasar.

"Hati ini, dia masih hati seorang wanita yang rapuh. Hati ini tak pernah bisa kau rubah Tae Gyun-ah.. Tak akan pernah bisa.." ia menunjuk hatiku.

"ARRGGGHHH!" aku mendorong tubuhnya hingga ia terjatuh.

"Kau tahu? Jika hatiku ini bagai gurun pasir yang gersang dan panas. Tak ada yang mampu hidup di padang gurun pasir yang panas itu. Tapi disana masih ada kaktus kecil yang masih berdiri kokoh walau dihempas badai pasir dan panasnya terik matahari. Ia masih berdiri tegar disana, sendiri. Menemani gurun pasir yang gersang. Saling melengkpi. Apa kau tahu walau kaktus itu berduri dan bisa menyakitimu, ketika ia berbunga ia akan menampakkan bunganya yang indah. Apa kaktus kecilku masih tetap berdiri disana, bersama gurun pasir yang semakin gersang?"

"Walau aku mengubah hidupmu, walau aku menjadi kaktus yang menemani gurun tapi tak bisa seterusnya seperti ini. Kau tahu jalanku! Aku masih mengerti perasaanmu, jadi aku mohon jangan lanjutkan ini." ia menunduk dengan berlinang air mata.

"Kau tak mengerti aku sama sekali! Jika kau mengerti kau pasti akan tetap tinggal!!"

"Tidak Tae Gyun-ah! Aku tak bisa seperti ini terus."

"Apa tak cukup kau menguji kesabaranku? Kau menguji kesianku? Kau menguji segala hal. Apalagi yang ingin kau uji dariku? Cintaku murni untukmu, tak perlu kau uji lagi Hana-ya." ujarku lirih, aku tak dapat membendung air mataku yang sedari tadi tertahan olehku.

"Kau sudah cukup hebat menahan semua rasa sakit yang kuberi untukmu. Aku tak ingin kau terus sakit karenaku.." ia menangis semakin keras.

"Aku tak peduli se-sakit apa luka yang kau berikan untukku asal itu darimu aku akan menerimanya." "Tidak Tae Gyun-ah, sudah cukup aku menyakitimu!"

"Kau mengacungkan pistol itu dihadapanku, bersiap menarik pelatuknya. Timah panas pun bersarang tepat diJantungku, kau memberikan rasa nikmat beserta sakit secara bersamaan. Kunikmati tiap rasa sakitnya Hana-ya, kunikmati pula bahagia yang kudapat darimu."

"HENTIKAN!!! CUKUP!!! BERHENTI TAE GYUN! BERHENTI KU BILANG!" ia bangkit dari duduknya, menamparku.

Darah segar keluar dari bibirku, ia memukuliku. Aku terdiam menerima pukulannya.

"Kau bu-kan ma-nusia! Ini begitu sakit! Seharusnya kau menyerah!!" ia menarik pakaianku yang sudah tak ada bentuknya.

Aku menatapnya, menelus puncak kepalanya sayang. "Kau pahat tubuh ini dengan seluruh perhatianmu, kau ukir cintamu dihatiku. Kau rajut pula tiap kasih sayangmu padaku, tapi kau hancurkan begitu saja semua itu perlahan-lahan.."

"Jangan menyentuhku! Tangan kotormu tak pantas menyentuhku!!!" suaranya tampak bergetar.

Amarahku yang tertahan akhirnya pun meledak.

Ku hancurkan tiap perabotan yang ada. Ku pukul kaca dengan tanganku, memberikan tanda merah darah disana. Ku banting vas bunga, ku lempar majalah-majalah yang tersusun rapi.

"Pukul aku Tae Gyun-ah, pukul aku." pintanya.

"KAU WANITA BRENGSEK!!!" aku menampar wajahnya keras.

Kupukul wajahnya, kucakar tubuhnya, kujambak pula rambutnya.

"Aku tak lebih kotor darimu yang bercumbu dengan PRIA BRENGSEK itu tiap malam! Apa kau sangat puas dengan miliknya yang selalu membuatmu puas itu!? Tubuhmu tak lebih menjijikkan dariku Hana-ya!!!" aku menjambak rambutnya kuat, menatapnya dengan mata merahku yang basah. Marah, aku sangat marah dibuatnya.

"Sudah cukup kau melakukain ini padaku! Berulang kali kau melakukan ini padaku! Bahkan kau tak segan-segan melakukannya terhadapku!" aku bangkit, lalu berdiri. Menarik nafas dalam-dalam.

"Aku sudah cukup menjadi bayanganmu yang terus mengganggumu Tae Gyun-ah." ia masih terisak.

"Kau tahu bukan aku mencintaimu lebih dari apapun? Bahkan aku tak mencintai diriku sendiri"

Darah segar tercium di indra penciumanku, tetesan itu mengikuti irama tangisan kami.

Degupan jantung itu terdengar cukup jelas, nafas pun menggebu. Masih dengan hawa yang tak menyenangkan hati.

"Haruskah aku berlutut, mencium kakimu lalu memohon agar kau tetap disisiku? Haruskah aku melakukan itu semua Hana-ya? Apa tak ada lagi secuil ruang untukku dihatimu?" kalimat itu yang terucap dari bibirku, permintaan terakhir? Entahlah.

Kurasakan pelukan hangat itu, tangannya melingkar diperutku. Mengecup bahuku, darah tercium dimana-mana. Bau anyir pun menyeruak.

****

"Aku ingin mencintaimu sesederhana mungkin. Menjadikan diri bisu, tuli, buta.. Hanya dapat mengerti isyarat-isyarat yang kau berikan. Biarkan mata hati yang melihat semuanya dengan jelas. Membiarkan perasaan ini bermain ria menebakmu.."

FIN~

Comments

Popular Post

Ajushii rasa Oppa

Halooo disini Jijun membawakan Ajushi-ajushi yang membakar jiwa nan raga hihih. Bahkan umur mereka itu sperti hanya angka dengan wajah yang semakin menua tapi semakin panasnya sungguh menyinari hari-hariku. Selain tampan, kebanyakan dari mereka adalah Aktor dan memiliki ABS yang merusak pikiran setiap wanita. Yuk kalian yang mau tau Ajushi rasa Oppa versi Jijun ini, jangan lupa siapin stock oksige yak.  Penyegar ruangan, hirup banyak-banyak yak!  Ji Sung   (born Kwak Tae-geun on February 27, 1977) is a   South Korean   actor. He is best known for his roles in the   television dramas All In   (2003),   Save the Last Dance for Me (2004),   New Heart   (2007),   Protect the Boss (2011),   Secret Love   (2013),   Kill Me, Heal Me (2015),   Defendant   (2017), and the film   My PS Partner   (2012).

Megumi Aihara Profile [Ulzzang Indonesia Girl]

Now is Megumi Turn~ Question and Answer with Megumi, Ulzzang Indonesian. Q              : Introduce please~ A              : Megumi Song Real Name: Ria Angriani Nick Name/Cyber name: Aihara Megumi (Gummy) D.O.B : 11 Juli 1991 Blood Type: B Race: Indonesian Country: Makassar, Indonesia.   Q          : Tertarik dengan dunia per-Ulzzangan dan Cosplay? Kenapa? A          : Well, sebenarnya ga tertarik sih sm Ulzzang awalnya, lebih ke cosplay ama fashion street di Jepang. Awal tau ulzzang2an pun dari temen, lewat video tutorial makeup di hpnya, iseng iseng di coba sendiri makeup nya, di abadiin lewat kamera *lol*, gatau juga kenapa ada yang suka sm foto2 saya. Iseng aja sih itu sebenarnya Kalo soal tertarik, mungkin karena mereka unik, berani tampil beda di depan orang banyak Q          : Oh begitu Jadi lebih ke Cosplay. Untuk make-up sendiri suka make-up Cosplay atau Ulzzang? A              : Hmm.. Ulzzang.. Lebih simple .. karena makeu

Review Chica Y CHico Nude Fantasy Whitening Cream

Review Chica Y Chico Nude Fantasy Wh i tening Cream So halo lagi untuk wanita dari manapun kalian berasal, kali ini Jijun kembali mereview suatu prodak yeay skincare korea lagi dan ini adalah salah satu produk dari brand Chica Y Chico Nude Fantasy Whitening Cream. Dan tentunya mungkin agak sedikit panjang, yuk mari kita simak melalui bagmbar berikut. Packing & Texture   Packingnya sangat lucu ya, dan produk ini cukup cantik bagiku dan teksturnya lembut dan memiliki aroma yang enak seperti susu dan campuran bunga lainnya  tapi rasanya aneh (gak sengaja kejilat tangan sendiri pas habis pakai ini cream . Sayang setelah diaplikasikan ke wajah, malah jadi lengket tapi setelah diberi loose powder udah engga.  Cream  ini berbentuk jar berisi 55ml.

Korean Drama dari tahun ke tahun

Halooo, apa kabar chingu-duel~. Jijun kembali disini ingin berbagi dengan kalian nih tentang drama korea dari tahun ketahun. Atau awal mulanya Jijun nonton drama koriya, dan ini adalah drama yang pernah Jijun lihat dan Jijun lampirkan review barang kali kalian mau flash back nonton ulang dramanya karena kangen tokohnya atau jalan ceritanya, bahkan chemistry dari para aktor/aktrisnya. Dan pasti kalian tahu bukan drama korea kadang susah ditebak, baper abis atau bikin jungkir balik penonton. Yuk kita simak. Jijun akan membagi drama-drama tersebut dibagiannya masing-masing.

Mazz Profile

Here for many photos of Mazz my fav <3 Tomboy with his stlye  Mazz Line-Up Name : Bongkot   Nick Name : Mazz , Mot Age : 28 D.O.B : 24/02/1985 Country :Thailand City :Chonburi Race :Takwondo Account Link (Anything) :- Height :166 cm Weight :49 kg Blood Type :B Insteresting :Anime,Japanese drama Hobbies : Taekwondo and Fitness Favorite Food : Thai Food Favorite Drink : Starbucks (all of caramel type) ^ May you tell me how your make-up tutorial? I studied all of make up from Japanese magazines such as Men' s egg, Men's Knuckle and so on. Therefore, firstly, I have to use foundation for base and use concealer to close some black spots. Secondly, I have less eyebrow hair so I have to draw it by using eyebrow pencil and eyebrow template. Finally, I use face powder to make my face cleared. ^ May you tell me how your hair style tutorial? I also studied from Japanese magazines. Firstly, I use the iron pinch my hair around 10-15 mins. Secondly, I use wax t
© 2017 Our Memories. Designed by Eirudo.All rights reserved.